Liputan6.com, Yerevan - Militer Armenia mengatakan bahwa pihaknya berhasil menembak jatuh empat pesawat tak berawak atau drone, yang terbang di dekat ibu kota negara tersebut pada 1 Oktober 2020.
Konflik di wilayah Nagorno-Karabakh itu kini telah memasuki hari kelima.
Advertisement
Dilansir Deutsche Welle, Jumat (2/9/2020), juru bicara Kementerian Pertahanan, Shushan Stepanian menerangkan bahwa salah satu drone ditembak jatuh oleh rudal anti-pesawat hanya 16 kilometer di luar Ibu Kota Yerevan.
Sementara itu, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan di Twitter bahwa drone itu muncul di provinsi Gegharkunik dan Kotayak,namun pasukan pertahanan udara dapat menghancurkannya.
Pemerintah Armenia menuding bahwa drone tersebut milik militer Azerbaijan.
Sejak pertempuran antara pasukan Azerbaijan dan Armenia meletus pada 27 september 2020, terdapat lebih dari 100 orang, termasuk warga sipil, tewas dan ratusan lainnya terluka, termasuk dua jurnalis Prancis.
Pertempuran ini juga merupakan yang terbesar dalam konflik puluhan tahun antara kedua bekas republik Soviet atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
Pada tahun 1994, gencatan senjata disepakati.
Wilayah Nagorno-Karabakh, diketahui berada di Pegunungan Kaukasus yang terletak 50 kilometer dari perbatasan Armenia.
Saat ini, milisi lokal yang didukung oleh Armenia menduduki wilayah tersebut, serta beberapa wilayah lain di Azerbaijan.
Azerbaijan menyebutkan bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan pertempuran adalah jika Armenia menarik diri dari wilayahnya.
Saksikan Video Berikut Ini:
Abaikan Seruan Gencatan Senjata
Selain itu, pejabat Armenia juga menuding Turki ikut campur dalam konflik dengan mengirim tentara bayaran Suriah ke wilayah tersebut dan mengerahkan jet tempur untuk membantu Azerbaijan.
Namun, Turki telah membantah mengirim tentara bayaran, tetapi menyatakan akan "melakukan apa yang diperlukan" untuk mendukung sekutunya.
Tuduhan juga diberikan kepada Israel, yang disebut menjual senjata ke Azerbaijan dan digunakan dalam konflik tersebut.
Tuduhan itu juga membuat Armenia menarik duta besarnya untuk Israel pada 1 Oktober 2020.
Seruan internasional untuk gencatan senjata telah diabaikan oleh Armenia dan Azerbaijan - dengan AS, Rusia dan Prancis mengeluarkan pernyataan bersama pada 1 Oktober yang mengecam pertempuran itu.
Ketiga negara tersebut diketahui menjadi ketua bersama dalam Grup Minsk, yang dibentuk oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) untuk mendorong resolusi diplomatik yang damai dalam sengketa Nagorno-Karabakh.
Advertisement