Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini sebuah video yang memperlihatkan jenazah seorang pria yang masih terlihat utuh tersimpan di peti mati kaca meski telah meninggal belasan tahun lamanya viral di media sosial. Video milik EWTN News tersebut diunggah ulang oleh Edi Prasetyo, pemilik akun Twiiter @edyprasscj pada Jumat (2/10/2020).
Baca Juga
Advertisement
Jenazah Venerabilis Carlo Acutis yang meninggal 14 tahun yang lalu, relatif masih baik. Jenazahnya dibuka untuk peziarah umum di Assisi. "Rasul siber Ekaristi" ini akan digelari Beato tgl 10 Oktober nanti," tulis keterangan video tersebut.
Jenazah Venerabilis Carlo Acutis yang meninggal 14 tahun yang lalu, relatif masih baik. Jenazahnya dibuka untuk peziarah umum di Assisi. "Rasul siber Ekaristi" ini akan digelari Beato tgl 10 Oktober nanti.pic.twitter.com/YzMDDFh3cf
— Selibater #dirumahaja (Edi Prasetyo) (@edyprasscj) October 2, 2020
Dikutip dari situs Catholic News Agency pada Jumat (2/10/2020) jenazah pria yang meninggal sekitar 15 tahun lalu dan masih terlihat baik serta tak membusuk sampai sekarang itu bernama Venerabilis Carlo Acutis.
Jenazah Carlo yang tersimpan di Assisi dipamerkan kepada para peziarah sebelum upacara beatifikasi dilaksanakan.
Beatifikasi merupakan tahap pertama proses untuk menjadikan seseorang yang telah mati menjadi orang suci dalam Gereja Katolik.
Uskup Agung Domenico Sorrentino dari Assisi saat Misa pembukaan makam kaca pada 1 Oktober 2020, mengatakan, tubuh Carlo bisa seperti itu setelah disusun kembali dengan seni yang penuh cinta.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rekonstruksi Bagian Wajah Jenazah
Penanggung jawab Sanctuary of Spoliation di Assisi, tempat makam Carlo disimpan, mengatakan, pekerjaan rekonstruksi pada wajah anak muda itu dilakukan sebelum publik melihat makam tersebut.
"Tubuhnya utuh, dan semua organ masih lengkap. Rekonstruksi hanya dilakukan di bagian wajah," kata Fransiskus Carlos Acacio Goncalves Ferreira.
Di dalam makam kaca tersebut, Carlo terlihat mengenakan pakaian santai yang dikenakannya sehari-hari. Meski saat dimakamkan tidak dengan pakaian ini, diharapkan bisa menjadi bukti kehidupan remaja tersebut.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah kita akan melihat jenazah dengan jins, sneakers, dan sweater," kata Carlos.
Advertisement
Meninggal karena Leukemia
Carlo meninggal dunia di usia 15 karena leukemia. Dia dikenal sebagai programmer andal, dan disebut juga sebagai sosok yang cinta terhadap Bunda Maria.
Ibunya, Sorrentino, sejak lama ingin menyumbangkan organ anaknya, tapi tidak dapat dilakukan lantaran Carlo adalah pasien kanker.
Sehingga, jantungnya, yang dapat dianggap sebagai peninggalan, akan dipajang di relikwi di Basilika Santo Fransiskus di Assisi
"Carlo adalah anak laki-laki era internet. Koputer menjadi caranya melewati hari-hari selama di dunia," Katanya.