Prima Widodo Makmur Bakal Tingkatkan Kapasitas Produksi jadi 14.400 Ton per Tahun

Prima Widodo Makmur siap luncurkan produk makanan olahan berbahan baku daging ayam.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Okt 2020, 22:06 WIB
PT Prima Widodo Makmur (PWM).

Liputan6.com, Jakarta - Widodo Makmur Unggas (WMU) makin mantap mengambil langkah untuk mewujudkan visinya menjadi perusahaan yang menyediakan pangan hewani terbesar di Indonesia lewat beragam program kerjasama maupun ekspansi lini bisnis yang dimiliki.

Saat ini perusahaan peternakan ayam terintegrasi vertikal ini berkomitmen menyediakan bahan baku berkualitas bagi perusahaan pengolahan makanan olahan PT Prima Widodo Makmur (PWM) yang juga merupakan bagian dari grup Widodo Makmur Perkasa (WMP) bersama dengan Widodo Makmur Unggas (WMU).

Hari ini PWM siap meluncurkan produk makanan olahan berbahan baku daging ayam, rencananya produk ini akan dipasarkan ke seluruh Indonesia melalui jalur penjualan dan distribusi nasional yang dimiliki oleh WMU, dengan merek JAVA.

"Dengan didukung penuh oleh WMU, PWM akan mengembangkan kapasitas produksi dari 6.000 ton per tahun menjadi 14.400 ton per tahun yang produksinya 70 persen berbahan baku ayam. PWM juga akan membangun fasilitas pengolahan di Giritontro," ujar GM Operational dan RnD PT Prima Widodo Makmur Satiman dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (2/10/2020).

Sinergi dengan berbagai stakeholder juga terus dilakukan perusahaan. Widodo Makmur Unggas (WMU) bukan hanya menyediakan bahan baku tetapi juga memastikan kualitas untuk menunjang optimalisasi produk yang dihasilkan.

Sebelumnya PT Widodo Makmur Unggas juga menjalin kerjasama dengan PT Retail Komoditas Nusantara, tujuannya adalah untuk meningkatkan layanan dengan jangkauan distribusi yang mencangkup setidaknya 150 kota/kabupaten se-Indonesia.

WMU juga sedang melakukan pembangunan pabrik pakan ayam di Ngawi, Jawa Timur. Ditargetkan, pabrik ini dapat mulai beroperasi pada tahun 2021 mendatang. Perusahaan juga telah meresmikan Hatchery dan Breeding Farm di Daerah Istimewa Yogyakarta pada akhir Agustus lalu yang diharapkan dapat memberikan pertumbuhan produksi positif bagi perusahaan di tahun 2021.

Pembangunan pabrik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pakan unggas WMU. Inisiasi-inisiasi strategis akan terus dilakukan oleh WMU untuk memperkuat posisi di industri unggas nasional.

“Kerjasama ini adalah bagian dari strategi WMU dalam komitmen menyediakan produk pangan hewani berkualitas dengan harga terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan membangun lini bisnis dari hulu ke hilir dan kerjasama strategis dengan berbagai pihak, kita jaga ekosistem industri unggas yang bertumbuh bersama, sejalan dengan misi WMU untuk menjadi jembatan kesejahteraan petani dan peternak di Indonesia," kata Direktur Pemasaran WMU Tri Mahawijaya Herlambang.

Dukungan terhadap masyarakat juga ditunjukkan melalui program kerjasama dengan 10.000 UMKM. Dalam kerjasama ini WMU berperan sebagai penyedia bahan baku dengan harga terjangkau bagi pelaku usaha pengelolaan makanan UMKM di pulau Jawa.

WMU menjaga komitmen untuk meyediakan produk pangan hewani berkualitas bagi masyarakat dengan nilai jual yang terjangkau. Karena itu sinergi antara lini perusahaan maupun dengan pihak eksternal terus dikembangkan. Tujuannya agar dapat mencapai visi perusahaan lewat pengembangan unit usaha yang saling terintegrasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kemitraan Jadi Jurus Peternak Unggas Bertahan di Tengah Pandemi

Sekumpulan ayam potong yang sudah siap dijual menunggu makanandi Kawasan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/09/2020). Harga ayam potong di sana dijual Rp 24 ribu per kilogram, di mana saat masa pandemi harganya mengalami naik turun di pasaran. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya meminimalisasi dampak pandemi covid-19 terhadap peternak unggas. Hasilnya cukup positif, lesunya kondisi perekonomian selama pandemi covid-19 tidak terlalu berdampak kepada peternak unggas yang melakukan pola usaha kemitraan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah mengatakan selama ini Ditjen PKH telah bekerjasama dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melakukan optimalisasi pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan usaha peternakan.

Kerja sama ini merupakan amanat dari UU Nomor 20 tahun 2018 tentang UMKM, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 13 tentang Kemitraan Usaha Peternakan.

“Hal ini adalah usaha pemerintah untuk melindungi semua pihak, Pada dasarnya pemerintah ini adalah penengah, kami berusaha mencari solusi terhadap segala macam permasalahan yang ada," kata Nasrullah dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (5/9/2020).

Nasrullah menambahkan, dalam Permentan Nomor 13 tahun 2017 disebutkan, kemitraan usaha peternakan adalah kerja sama antar usaha peternakan atas dasar prinsip saling memerlukan, memperkuat, menguntungkan, menghargai, bertanggung jawab dan ketergantungan.

Pola kemitraan usaha peternakan sendiri meliputi, inti plasma, bagi hasil, sewa, perdagangan umum dan sub kontrak. Dalam perjanjian kemitraan usaha ayam ras pedaging, peternak sebagai plasma mendapatkan jaminan supply DOC, pakan ternak, obat vaksin disenfektan (OVD) dan jaminan pemasaran dengan harga kontrak sesuai perjanjian tertulis.

"Peternak sebagai plasma mendapatkan jaminan pemasaran dan harga panen livebird berdasarkan perjanjian tertulis antara pihak perusahaan sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Jadi seimbang," jelas Nasrullah.

Adapun beberapa peternak yang merasakan langsung manfaat dari program usaha kemitraan ini. H. Oman misalnya, peternak asal Serang yang sudah 14 tahun melakukan kemitraan dengan PT CPI ini mengaku omset penjualannya tidak berkurang meski pandemi sudah berlangsung beberapa bulan.

Selain di masa pandemi, stabilitas omset dari hasil penjualan yang dirasakan H. Oman ini juga dirasakan ketika harga ayam sedang turun, atau harga pakan sedang naik. “Kami tidak terlalu memikirkan hal itu, tugas kami adalah memastikan ayam ayam kami sehat dan dapat dipanen sesuai target," ucap H. Oman.

Senada, M Wiyogo, juga mengaku merasakan stabilitas omset penghasilan dari pola kemitraan ini. Peternak asal Jatibarang, Indramayu ini mengaku meskipun harga ayam naik dan turun, namun lewat kontrak kemitraan harga yang didapat tetap karena sudah ditentukan pada kontrak.

"Salah satu klausulnya kan menentukan harga ayam yang sesuai, maka saya tidak khawatir rugi dalam penjualan karena perusahaan inti akan membeli ayam saya sesuai harga kontrak. Bahkan kami dapat semacam bonus jika harga ayam sedang tinggi," paparnya.


Mudah Dapat Pembeli

Sekumpulan ayam potong yang sudah siap dijual menunggu makanandi Kawasan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/09/2020). Harga ayam potong di sana dijual Rp 24 ribu per kilogram, di mana saat masa pandemi harganya mengalami naik turun di pasaran. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Sementara itu, menurut Ali Ikhsan, peternak asal Patrol, Indramayu, keuntungan lain dalam mengikuti pola kemitraan ini adalah mendapat kemudahan untuk mendapat pembeli. Karena, perusahaan mitra akan membeli ayam dengan harga yang ditentukan.

"Kan salah satu kendala dalam beternak mandiri adalah proses pemasarannya. Tidak semua peternak mampu melakukan pemasarannya sendiri. Maka kemitraan ini menjadi salah satu solusi, karena kami tidak usah pusing mencari pembeli," terang Ali.

Selain itu, ia memandang pola kemitraan ini juga sebagai media investasi yang lebih baik dibandingkan dengan meminjam uang di bank untuk usaha. Dengan lahan yang dimiliki, ia mengaku tidak perlu pusing dengan modal awal yang besar karena modal pembelian DOC, pakan, obat-obatan atau sapronak dipasok oleh perusahaan inti.

Terlebih, pembayarannya dapat dilakukan di akhir periode budidaya (panen). Di samping itu, perusahaan inti juga menyediakan Technical Service yang akan mendampingi peternak jika ada permasalahan teknis.

Tarsono, peternak asal Bongas mengingatkan, agar para peternak terus belajar dan saling peduli antar peternak. Namun, ia mengungkapkan, selama ini sesama peternak saling bekerjasama dengan baik agar produksinya meningkat.

Ia menegaskan, para peternak mitra juga menyambut baik jika ada peternak mandiri yang ingin berdiskusi tentang pola usaha kemitraan ini. Pasalnya, pola usaha kemitraan dapat menjadi solusi usaha yang sangat menguntungkan. "Asalkan dimulai dengan niat yang baik, maka hasilnya pasti juga akan baik," tuturnya.

Nasrullah menjelaskan, penghasilan peternak mitra selain margin dari sisa hasil penjualan dikurangi modal sarana produksi peternakan (sapronak) dari perusahaan inti juga masih mendapatkan bonus atas insentif performa pemeliharaan dan hal ini menunjukkan capaian efisiensi.

Di tempat terpisah, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) tidak dapat bekerja sendiri dan harus bermitra dengan yang lain. Ia menyatakan Kementan membutuhkan kemitraan dan kerja sama yang bersinergi.

“Saya berharap dukungan dan bantuan para orang hebat di bidang pertanian, khususnya peternakan pada masanya. Dan saya berharap kehadiran mereka yang akan terus bersama saya, membantu saya dalam memecahkan banyak masalah pertanian,” ucap Menteri SYL. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya