Jaga Kesehatan Jiwa, Ini 3 Tips Ciptakan Iklim Positif dalam Rumah Selama Pandemi COVID-19

Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak KemenPPPA Lenny Nurhayanti Rosalin membagikan kiat-kiat untuk menciptakan iklim positif dalam rumah di masa pandemi COVID-19 untuk menjaga kesehatan jiwa.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Okt 2020, 09:39 WIB
Ilustrasi Keluarga Bahagia Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lenny Nurhayanti Rosalin, membagikan kiat-kiat untuk menciptakan iklim positif dalam rumah di masa pandemi COVID-19 untuk menjaga kesehatan jiwa.

Lenny menyebut kiat-kiat tersebut dalam 3-K yakni komitmen, komunikasi, dan kreatif. Menurutnya, ini dibuat untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan menggembirakan di rumah agar kesehatan jiwa anak tidak terganggu.

“Komitmen, Komunikasi, dan Kreatif, ini gampang dituliskan dan gampang diucapkan tapi kalau tidak ada aksi maka tidak jalan,” ujar Lenny dalam webinar Kemen PPPA, ditulis pada Minggu (4/10/2020).

Ia menambahkan, komitmen harus dibangun oleh seluruh anggota keluarga, komunikasi harus terjadi di semua anggota keluarga, dan harus kreatif jangan membuat bosan.

“Misalnya hari ini bermain congklak, besoknya congklak lagi, congklak terus itu gak kreatif berarti. Jadi sebenarnya banyak sekali (permainan) yang bisa dilakukan.”

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini:


Keluarga Sebagai Pelopor Kesehatan Jiwa

Menurut Lenny, keluarga dapat menjadi pelopor dalam menjalankan kesadaran terhadap kesehatan jiwa dimulai dari diri sendiri, orang terdekat, dan masyarakat yang lebih luas. Orangtua dapat megajak keluarganya untuk melakukan perubahan kea rah pola hidup sehat.

Keluarga juga berperan untuk menghilangkan stigma dan mencegah perundungan pada anak dengan kondisi yang tidak sama dengan anak lainnya.

Menurut Info DATIN Situasi Kesehatan Jiwa Indonesia 2019, stigma masih menyelimuti isu kejiwaan di Indonesia. Sebagian masyarakat masih mempercayai gangguan kesehatan jiwa disebabkan oleh hal yang tidak rasional atau supranatural.

Masih beredarnya stigma tersebut di masyarakat membuat penanganan pasien gangguan jiwa menjadi tidak tepat. Masyarakat cenderung menangani masalah ini dengan cara non medis.  


Keluarga Sebagai Pelapor

Selain menjadi pelopor, keluarga juga bisa menjadi pelapor. Lenny mencontohkan, jika ada warga yang melihat tetangganya dipasung karena gangguan jiwa selama bertahun-tahun maka warga tersebut bisa melapor.

Warga dapat mencari pertolongan pada pusat pembelajaran keluarga (puspaga) karena puspaga memiliki peran konseling, memberikan informasi terkait kesehatan jiwa, mendorong keluarga mewujudkan pola hidup bersih sehat, dan edukasi pola asuh hidup sehat bagi keluarga Indonesia. 


Infografis Ketahanan Keluarga

Infografis Pasal-Pasal Kontroversial Draf RUU Ketahanan Keluarga. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya