Perawatan Stem Cell Bisa Kontrol Reaksi Peradangan Pasien COVID-19

Perawatan menggunakan stem cell bisa mengontrol reaksi peradangan pasien COVID-19.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 05 Okt 2020, 08:00 WIB
Dokter gagal menyelamatkan pasien COVID-19 dari serangan jantung, beberapa menit sebelum pasien meninggal di ICU Rumah Sakit Nasional di Itagua, Paraguay, Senin (7/9/2020). (AP Photo/Jorge Saenz)

Liputan6.com, Jakarta Perawatan sel punca (stem cell) dapat mengontrol reaksi peradangan (inflamasi) pada pasien COVID-19. Terutama reaksi berlebihan yang ditimbulkan dari badai sitokin--pelepasan sitokin yang terlalu banyak.

Ketika terjadi badai sitokin, sistem kekebalan tubuh berujuh pada kerusakan dan mengganggu fungsi sel normal. Kondisi ini menciptakan tingkat peradangan tinggi di area tubuh yang sedang mengalami peradangan, sehingga bisa berakibat fatal.

"Dari penelitian kami, pemberian stem cell memengaruhi badai sitokin. Inflamasi karena badai sitokin berkurang secara signifikan," terang CEO Daewoong Pharmaceutical Sengho Jeon dalam dialog virtual Daewoong Pharmaceutical Media Day, ditulis Senin (5/10/2020).

"Tingkatkan angka kelangsungan hidup pasien yang terinfeksi COVID-19 meningkat, dengan cara mengontrol reaksi inflamasi yang berlebihan. Ini mengurangi jumlah virus itu sendiri."

Perusahaan farmasi Daewoong Pharmaceutical asal Korea Selatan ini mengembangkan terapi stem cell bernama DWP710 yang ditujukan untuk pasien COVID-19. Di Indonesia, uji klinik stem cell Daewoong fase pertama sedang dilakukan.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Pasien COVID-19 dengan Sindrom Akut Pernapasan

Dokter dan perawat mencoba memperbaiki pita perekat yang menempel di sarung tangan mereka saat merawat pasien COVID-19 di ICU Rumah Sakit Nasional di Itagua, Paraguay, Senin (7/9/2020). (AP Photo/Jorge Saenz)

Terapi stem cell DWP710 Daewoong, khususnya ditujukan perawatan pasien COVID-19 yang mengalami Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (Acute Respiratory Distress Syndrome/ARDS). Ini karena tingkat kematian pasien COVID-19 dengan ARDS sebesar 40 persen.

"Kalau kita lihat data, pasien COVID-19 yang alami ARDS mencapai 40 persen yang meninggal dunia. Hal itu dikarenakan ada reaksi peradangan terjadi oleh sel-sel kekebalan di jaringan paru-paru, yang dipengaruhi badai sitokin," lanjut Sengho.

"Kerusakan paru-paru dapat mengakibatkan kematian secara umum. Stem cell yang kami kembangkan memiliki kemampuan sebagai anti inflamasi dan diketahui mengatur respons inflamasi."

Pada pasien ARDS, gejala lebih berat yang timbul berupa pneumonia, sesak napas, dan sindrom pernapasan akut yang berat.

 

3 dari 4 halaman

Siap Dipasok untuk Indonesia

Petugas medis melihat keluar dari ruang isolasi untuk tempat pasien yang menunjukkan gejala wabah virus corona di sebuah rumah sakit umum di Mataram, Nusa Tenggara Barat (28/1/2020). (AFP/Moh El Sasaky)

Untuk perawatan berbasis sel punca, Daewoong Pharmaceutical akan menyelesaikan uji klinis. Setelah uji klinik selesai, Daewoong akan mendapatkan persetujuan Izin Penggunaan Darurat  (EUA) tahun 2021 dan menyediakannya untuk masyarakat Indonesia.

"Kami bersiap untuk memasoknya kepada warga negara Indonesia setelah menerima persetujuan untuk penggunaan darurat pada kuartal ketiga tahun depan. Tentunya, setelah menyelesaikan seluruh proses uji klinik," ujar Sengho.

Sengho berharap terapi stem cell nanti menjadi perawatan bagi pasien COVID-19 kategori kritis dan parah.

"Kami harap dapat mengobati pasien COVID-19 yang parah," harapnya.

4 dari 4 halaman

INFOGRAFIS: Deretan Kandidat Obat Covid-19

INFOGRAFIS: Deretan Kandidat Obat Covid-19

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya