Pemulihan Ekonomi Bergantung Pengadaan Vaksin Covid-19 dan Distribusinya

Kontraksi pertumbuhan ekonomi memang masih akan berlanjut di kuartal III-2020.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Okt 2020, 17:00 WIB
Suasana gedung bertingkat nampak dari atas di kawasan Jakarta. Pertumbuhan ekonomi 2020 diprediksi bisa minus 1,7 sampai minus 0,6 persen.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2,9 hingga minus 1,0 persen pada kuartal III- 2020. Alhasil, pertumbuhan ekonomi tahun ini minus 1,7 sampai minus 0,6 persen.

VP Economist Bank Permata, Josua Pardede memahami kontraksi pertumbuhan ekonomi memang masih akan berlanjut di kuartal III-2020. Hal itu terindikasi dari banyak indikator yang belum mencapai tingkat seperti sebelum pandemi.

"Beberapa indikator tersebut di antaranya ialah inflasi, penjualan mobil, dan penjualan ritel," kata Josua kepada Merdeka.com, Minggu (4/10/2020).

Dia menyebut inflasi inti pada bulan Agustus masih mengalami perlambatan hingga hanya bertumbuh sebesar 2,07 persen. Sementara penjualan mobil dan ritel masih mengalami kontraksi sebesar 71,67 persen dan 12,28 perse .

Secara nominal, baik penjualan mobil dan ritel sebenarnya sudah mengalami peningkatan dibandingkan awal masa pandemi, namun secara umum, tingkat penjualannya masih berada jauh di bawah sebelum pandemi.

Dari sisi investasi, PMI Indonesia sudah mencapai 50,8, atau berada di level ekspansi, namun, indikator lainnya seperti impor bahan baku dan barang modal, masih menunjukan adanya kontraksi dibandingkan tahun lalu.

Dia menuturkan, perekonomian Indonesia ke depan akan bergantung pada penemuan vaksin dan bagaimana pemerintah dapat menyediakannya bagi masyarakat.

Hal ini disebabkan bahwa apabila belum ada vaksin, maka perilaku konsumsi masyarakat belum akan pulih ke kondisi sebelum Covid-19, yang kemudian akan menghambat pemulihan perekonomian.

"Saat ini, salah satu skenario terbaik adalah ditemukannya vaksin yang efektif sebelum 2020 berakhir sehingga pengadaan dan distribusi vaksin dapat terimplementasi pada 1Q20, yang kemudian akan mendorong pemulihan ekonomi di 2Q20, dengan asumsi vaksin dapat terdistribusi merata di daerah-daerah prioritas," kata dia.

Dengan skenario ini, konsolidasi pemulihan perekonomian dapat mulai terjadi pada 2021-2022. Di sisi lain, salah satu skenario terburuk ialah belum adanya vaksin hingga tahun 2021, dan mengakibatkan pemulihan pertumbuhan ekonomi akan kembali pada trajectory awal di mana pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen baru akan tercapai di tahun 2023-2024.

Saksikan video di bawah ini:


Langkah Antisipasi Pemerintah

Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Demi menggerakan kembali perekonomian Indonesia, selain program perlindungan sosial yang bersifat jangka pendek, pemerintah perlu sedari awal memikirkan jalur logistik untuk distribusi vaksin.

Ini sehingga ketika nantinya vaksin sudah didapat, masyarakat yang membutuhkan akan mampu mendapat layanan, yang kemudian akan mendorong confidence dari masyarakat untuk beraktivitas secara normal kembali.

Selain itu, dalam rangka mendorong motor penggerak perekonomian yakni investasi, pemerintah juga perlu mendukung pemulihan optimisme dari pelaku usaha secara khusus mendorong keberlangsungan usaha sektor riil.

Di sisi lain juga perlu mempertimbangkan realisasi anggaran PEN untuk pembiayaan korporasi yang belum ada perkembangan yang signifikan.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya