Demi Bertemu Neneknya, Bocah Ini Rela Berjalan 2.800 Km

Kisahnya bermula pada 20 Juni, bocah berumur 10 tahun ini berangkat dari Palermo di Sisilia, bersama ayahnya Phil.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 04 Okt 2020, 17:11 WIB
(indiatimes.com)

Liputan6.com, Italia - Diberlakukannya lockdown di berbagai negara membuat banyak individu tidak bisa bertemu orang yang dicintai selama bermingu-minggu bahkan berbulan-bulan agar terhindar terpapar Corona Covid-19.

Kondisi itu pun dirasakan seorang bocah laki-laki dari Italia. Namun, bocah bernama Romeo Cox ini  berusaha keras untuk bisa menemui neneknya yang tinggal sendirian selama lockdown. Untuk itu, dia rela berjalan 2.800 km dari Sisilia, Italia ke London, Inggris agar bisa memeluk neneknya.

Melansir dari India Times, Minggu (4/10/2020), kisahnya bermula pada 20 Juni, bocah berumur 10 tahun ini berangkat dari Palermo di Sisilia, bersama ayahnya Phil.

Dalam perjalanannya, keduanya berjalan melewati Italia, Swiss, Prancis dan Inggris. Pada 21 September, mereka berhasil sampai Inggris dan sekarang dalam isolasi, sebelum akhirnya bertemu dengan nenek Romeo.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rintangan Selama Perjalanan

(@romeos_big_journey_home/instagram.com)

Menurut Romeo, semua yang telah mereka lalui dalam tiga bulan terakhir akan terbayar setelah dia memeluk neneknya.

“Kami tersesat beberapa kali. Kami tidur di bawah sarang tawon yang tentu bukan ide bagus, kakinya berlumuran darah, tapi kami tidak berpikir untuk menyerah," LADbible mengutip ucapan bocah itu.

Nyatanya, Romeo sudah lebih dari setahun tidak bertemu dengan neneknya. Untuk itu, dia bahkan rela berjalan hanya demi bisa memberinya pelukan.

“Saat kami semakin dekat, saya terus berpikir untuk melihat nenek saya, dan betapa senangnya saya. Saya tidak sabar untuk memberinya pelukan," lanjutnya. 


Berhasil Galang Dana

Sebagian dari perjalanan mereka telah didokumentasikan dan mereka unggah di akun Instagram bernama @romeos_big_journey_home.

Selain itu, perjalanan tersebut juga membantu Romeo mengumpulkan lebih dari 12.000 poundsterling atau setara dengan Rp 230 juta untuk amal, dan pendidikan pengungsi di seluruh konflik. 

 


Pesawat Tak Beroperasi di Inggris

Keduanya memilih berjalan, karena segala jenis transportasi publik termasuk pesawat tidak beroperasi Inggris pada Juni lalu. 

“Bahkan setelah karantina, saya pikir berjalan mungkin menjadi pengalaman baru. Saya bertanya kepada ibu saya dan mereka mengatakan tidak lebih dari 50 kali. Akhirnya mereka setuju asalkan kami merencanakan semuanya aman Covid-19," tambah Romeo.

 


Baik untuk Kesehatan Mental

Ayah Phil mengatakan bahwa perjalanan itu baik untuk kesehatan mentalnya.

“Itu adalah waktu dan momen yang istimewa untuk berbagi dengan putra saya dan sesuatu yang tidak akan pernah kami lupakan seumur hidup kami. Kami sering tersesat dan menghadapi segala macam petualangan," kata phil.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya