Upaya Penyelamatan Situs Api Mrapen yang Tak Lagi Abadi

Berbagai pihak, seperti Undip, Akprin Yogyakarta, dan UGM sudah dihubuungi terkait solusi padamnya Api Abadi pada 25 September 2020

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2020, 12:16 WIB
Api Abadi Mrapen (Sumber: jatengprov.go.id)

Liputan6.com, Grobogan - Situs Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, bakal diupayakan untuk diselamatkan karena peristiwa api padam baru pertama terjadi dalam sejarah.

"Kami tengah berupaya mencari langkah-langkah yang tepat agar situsnya tetap terjaga karena selama ini tempat tersebut juga menjadi ritual tahunan umat Buddha pada upacara Hari Raya Waisak," kata Kasi Energi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto di Grobogan, Sabtu, dikutip Antara.

Ia mengakui sudah menghubungi berbagai pihak, seperti Undip, Akprin Yogyakarta, dan UGM terkait solusi padamnya Api Abadi pada 25 September 2020 yang hasilnya memang mengerucut untuk beberapa opsi.

Hanya saja, Sinung belum berani membeberkan sejumlah langkah alternatif yang bisa ditempuh untuk menyelamatkan Situs Api Abadi Mrapen agar salah satu ritual yang biasa dilakukan dari zaman Mataram kuno tidak sampai terputus.

Menurut dia, semua alternatif langkah penyelamatan memang berisiko, karena pada tahun 1990-an pernah pula dilakukan upaya pencarian sumber gas metan untuk dialirkan ke lokasi situs agar tetap menyala besar.

Pada saat itu, kata dia, apinya memang tidak padam. Namun, debit gasnya mulai berkurang, sehingga apinya mulai mengecil karena gas alam ketika ada retakan yang lebih besar biasanya akan bergeser.

Ia optimistis upaya untuk mencari sumber gas metan di lokasi sekitar tidak akan kesulitan karena tinggal cari pasokan gasnya dari mana.

Di sekitar lokasi situs, kata dia, dimungkinkan masih banyak pasokan gas metan, karena berdasarkan peta gas dari rekanan PT Pertamina yang pernah mengerjakan blok barat Purwodadi sampai Mranggen memang potensi gasnya cukup besar, tapi ada retakan.

"Retakan itulah yang menjadi kewaspadaan masyarakat agar dalam melakukan pengeboran untuk kepentingan air bersih jangan sampai lebih dari 30 meter," ujarnya, menjelaskan penyelamatan Situs Api Abadi Mrapen.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Bahaya Pengeboran Sumur

Piyono saat menunjukkan titik semburan kecil yang dulunya muncul api kecil seperti api abadi di Mrapen, Grobogan. Saat ini, sudah padam karena ditutup bebatuan oleh warga (Liputan6.com/Ahmad adirin)

Kalaupun terjadi kelangkaan air, maka menjadi tugas pemerintah daerah setempat bersama PDAM untuk mengairi.

Ia mengingatkan ketika pengeboran terlalu dalam, akan keluar gas karena kejadian selama ini memang demikian. Sehingga ada yang dimanfaatkan oleh masyarakat, ada yang dibuang dan ditutup.

Padamnya Situs Api Abadi tersebut diduga tidak terlepas dari adanya pengeboran sumur yang lokasinya tidak jauh dari situs pada 12 September 2020 yang memunculkan semburan gas.

Kemudian, pada tanggal 20 September 2020 debit gas pada Situs Api Abadi menurun dan apinya mengecil dan baru padam pada tanggal 25 September 2020.

Berdasarkan keterangan warga sekitar pengeboran sumur tersebut, kedalamannya ada yang menyebutkan di atas 30-an meter dan 70-an meter.

"Kemungkinan memang kedalamannya lebih dari 30 meter karena semburan gasnya cukup besar dan kandungan gas metannya juga cukup tinggi karena dari hasil pengecekan dengan alat memang lebih dari 100 ppm," ujarnya.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, di lokasi sekitar dipasang garis polisi karena tersulut api sedikit bisa meledak.

Informasinya, kata dia, warga setempat ketika di pagi hari ada yang mual-mual karena mencium bau gas tersebut.

Situs Api Abadi Mrapen selain menjadi tempat upacara pengambilan api suci umat Buddha, juga pernah digunakan untuk menyalakan obor Pekan Olahraga Nasional (PON), POR PWI, Hari Olahraga Nasional (Haornas) hingga Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (GANEFO).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya