Bangun Relasi Keluarga dengan Cinta di Masa Pandemi COVID-19

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) memberikan berbagai kiat dalam membangun keluarga yang harmonis selama di rumah saja akibat COVID-19. Salah satu kiatnya adalah CINTA.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 07 Okt 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi Hubungan Keluarga Credit: pexels.com/Ksenia

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) memberikan berbagai kiat dalam membangun keluarga yang harmonis selama di rumah saja akibat COVID-19. Salah satu kiatnya adalah CINTA.

CINTA merupakan singkatan dari cermati peran ayah dan ibu,  ingat selalu hak anak, niatkan untuk mengatur emosi, temukan potensi stres pada anak, serta anak dan orangtua bersahabat.

Menurut Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kemen PPPA Dra. Lenny Nurhayanti Rosalin, M.Sc, dalam mencermati peran ayah dan ibu diperlukan pembagian tugas. Jika ayah bekerja maka ibu bertugas menjaga anak begitupun sebaliknya.

“Karena dalam pengasuhan anak tidak bisa hanya peran ibu saja, tidak bisa hanya peran ayah saja, jangan sampai anak kehilangan figur salah satu orangtuanya hanya karena salah satunya tidak peduli,” ujar Lenny dalam webinar Kemen PPPA, ditulis pada Sabtu (3/10/2020).

Selanjutnya “I”, ingat hak anak, menurut Lenny anak-anak berhak memiliki akta kelahiran serta dijauhkan dari kekerasan, tayangan pornografi, kawin muda, rokok dan hal negatif lainnya. Anak juga berhak mendapatkan makanan bergizi, pendidikan, perlindungan, dan lain sebagainya.

“Kemudian N, niatkan diri untuk mengatur emosi kita. Mau marah tahan dulu, tarik napas, ambil air wudhu, itu cara kita mengatur emosi kita.”

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini:


T dan A

“T” dalam CINTA adalah temukan potensi stres pada anak. Potensi stres ini bisa ditemukan jika orangtua memiliki kedekatan dengan anak.

“Ini bisa ditemukan kalau kita dekat dengan anak, kalau kita tahu perubahan dia dari waktu ke waktu. Tapi kalau gak deket dan cuek gimana mau tahu?”

Lenny mengimbau para orangtua untuk tidak menganggap anak sebagai orang yang bisa melakukan segalanya seolah anak adalah versi kecilnya manusia dewasa. Menurut konvensi hak anak, masyarakat usia anak adalah mahluk paling rentan di muka bumi.

“Karena rentan itu lah dia harus dilindungi. Ini lah yang harus kita sama-sama pahami.”

Terakhir, “A”,  anak dan orangtua bersahabat. Kedekatan antara orangtua dan anak akan meningkatkan kesadaran pada setiap perubahan yang terjadi pada anak. Lenny mencontohkan, banyak kasus pedofilia yang terjadi pada anak dan tidak langsung diketahui orangtua bahkan hingga bertahun-tahun.

Menurutnya, orangtua tidak peka terhadap perubahan perilaku yang ditampilkan anak dan cenderung cuek. Anak pun tidak berani bicara kepada orantuanya karena merasa malu dan tidak memiliki kedekatan sehingga kasus pelecehan yang dialaminya baru terkuak setelah bertahun-tahun.

Untuk menghindari hal tersebut “anak dan orangtua harus bersahabat, jangan konflik,” pungkasnya. 


Infografis COVID-19

Infografis Hindari Penularan Covid-19, Ayo Jaga Jarak! (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya