Liputan6.com, Jayapura - Pemerintah Indonesia perlu memperkuat kebudayaan Melanesia melalui kerja sama budaya dengan negara-negara serumpun di kawasan Pasifik. Hal tersebut setidaknya diungkapkan sosok intelektual sekaligus orang asli Papua, James Modouw.
"Kerjasama di bidang pendidikan dan kebudayaan antarmasyarakat dari ras Melanesia di Indonesia dengan negara-negara kawasan Pasifik yaitu Papua Nugini, Fiji, Salomon Island, New Caledonia, dan Timor Leste harus terus digalakkan di bawah panji 'Culture brings values to education; Education shapes/sharpens society & culture'," katanya dikutip Antara, Senin (5/10/2020).
Advertisement
James yang sudah sangat lama menggeluti dunia pendidikan di Indonesia dan kebudayaan Melanesia, terus mendorong masyarakat Nusantara khususnya warga di Indonesia Bagian Timur, yang secara turun temurun mendiami lima provinsi di antaranya Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk melestarikan kebudayaan Melanesia.
Modouw menyebutkan kerja sama kebudayaan, khususnya kebudayaan Melanesia, antara Indonesia dengan negara-negara di Pasifik merupakan sebuah keharusan sejarah karena tuntutan zaman.
Gagasan ini telah disampaikan James Modouw pada seminar Kebudayaan Melanesia ketika digelar Festival Kebudayaan Melanesia di Kupang pada 27–29 Oktober 2015 dimana pada festival itu dirinya ditugaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI saat itu, yakni Anies Baswedan untuk menjadi salah satu panelis seminar.
James menyampaikan gagasannya di seminar kebudayaan tersebut dengan topik utama 'Cooperation On Education and Culture'. Bagaimanapun juga pendidikan itu tidak terlepas dari kebudayaan. Nilai-nilai budaya merasuk ke dalam proses belajar mengajar.
Patut diketahui, lanjut James, masyarakat berkebudayaan Melanesia sangat kaya dengan warisan budayanya yang tampak antara lain pada seni tari, seni musik, kerajinan (seni ukir/pahat, seni anyam, seni lukis) serta kaya pula dengan ceritera rakyat.
Khazanah budaya ini merupakan kekuatan yang menakjubkan untuk suatu kerja sama di berbagai bidang antara lain bidang penelitian ilmu pengetahuan dan pengembangan pariwisata.
Menurut James, masyarakat di lima provinsi tertimur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ini berkebudayaan Melanesia. Masyarakat Indonesia Timur serumpun budaya dengan masyarakat di negara-negara kawasan Pasifik.
Perjumpaan masyarakat Indonesia Timur dengan masyarakat dari negara-negara kawasan Pasifik melalui festival budaya Melanesia itu merupakan momentum sangat penting dan strategis untuk memperkenalkan budaya serumpun sekaligus merajut persahabatan yang lebih erat dengan saudara-saudara yang serumpun pula.
Delegasi negara-negara kawasan Pasifik yang ketika itu berpartisipasi pada pesta budaya Melanesia di Kupang adalah Fiji, Papua Nugini, Selandia Baru, Timor Leste, dan New Caledonia.
"Bagaimanapun juga budaya Melanesia itu sendiri berpusat di Pasifik dan Indonesia Timur yakni di lima provinsi tertimur Indonesia," kata James Modouw.
James berpendapat, keikutsertaan Indonesia pada setiap Festival Budaya Melanesia sangatlah penting karena banyak warga masyarakat Indonesia masih memiliki pemahaman bahwa ras Melanesia itu hanya berada di Papua saja, sedangkan di luar Papua bukanlah ras Melanesia.
"Pemahaman seperti ini dapat memunculkan semangat diskriminatif yang merugikan kita semua," ujar dia.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Budaya Melanesia Bukan Hanya Tampilan Fisik
Ras Melanesia, kata James, hendaknya tidak terbatas pada tampilan fisik saja tanpa memahami secara ilmiah berdasarkan riset arkeologi, antropologi, linguistik, sejarah kepurbakalaan dan biologi molekuler yang sangat maju dan menunjukkan persebaran ras Melanesia yang sebenarnya di Indonesia.
"Kehadiran dan partisipasi saya di Festival Budaya Melanesia itu selain ingin menyatakan eksistensi saya sebagai seorang putra asli ras Melanesia; juga memberikan pesan tentang eksistensi orang Melanesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sekaligus pengakuan terhadap eksistensi Melanesia di Indonesia berdasarkan kajian ilmiah," tegasnya.
Kondisi ini, menurut James Modouw, secara sosial psikologis akan mempererat tali persahabatan dan persaudaraan masyarakat Melanesia di persada Indonesia dengan masyarakat Melanesia di negara-negara kawasan Pasifik lainnya yang hadir sebagai delegasi dari negara-negara Pasifik.
Secara khusus pihaknya ingin mengirimkan pesan bahwa ras Melanesia itu juga berada di wilayah timur Indonesia yaitu di Provinsi Papua, Papua Barat, NTT, Maluku dan Maluku Utara.
Festival Budaya Melanesia di Kupang lima tahun lalu itu diisi dengan berbagai kegiatan antara lain bedah buku Diaspora Melanesia di Nusantara, temu budaya, pameran budaya dari masing-masing negara dan seminar budaya.
Para peserta yang ambil bagian pada pesta budaya Melanesia pada akhirnya memahami bahwa terdapat banyak sekali kemiripan karakter dalam kebudayaan Melanesia yang terbentang luas dari kepulauan NTT, Maluku, dan Papua di wilayah Negara Indonesia hingga kepulauan Fiji di wilayah Pasifik.
Intelektual Papua James Modouw yang sangat familiar dalam pergaulannya telah meraih gelar akademik doktor di bidang ilmu sosial dan kini menjadi staf pengajar pada ISI Denpasar, Bali.
Pernah menjabat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua tahun 2006-2009. Sebelumnya, tahun 2001 ia menjabat sebagai Wakil Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Irian Jaya.
Sejak tahun 2015 James menjabat Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Hubungan Pusat dan Daerah serta Ketua Tim Percepatan Pembangunan Pendidikan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Tim Percepatan ini dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 342/P/2019 tentang Tim Percepatan Pembangunan Pendidikan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Kesuksesan pendidikan James Modouw diawali meraih Sarjana Pendidikan Teknik Mesin, Sarjana Lintas Disiplin Ilmu, Magister Bidang Teknik, Doktor Bidang Ilmu Sosial.
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Sejumlah program yang akan menjadi fokusnya yakni penyediaan sekolah satu atap berpola asrama untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah.
Dalam lima tahun terakhir, pemerintah sudah membangun 34 sekolah menengah pertama (SMP) berpola asrama sesuai kondisi geografis masing-masing daerah.
Program berikutnya yaitu pendidikan vokasi dan pembinaan kurikulum kontekstual di Papua dan Papua Barat yang disusun berdasarkan muatan lokal dan sesuai bahasa daerah untuk membantu kegiatan belajar mengajar.
Fasilitasi juga terutama kurikulum kontekstual dengan menerapkan Kurikulum 2013 melalui pembelajaran yang berpusat pada anak.
Percepatan pendidikan di Papua dan Papua telah menjadi komitmen pemerintah pusat yang diwujudkan melalui penyiapan sarana prasarana pendidikan hingga mengucurkan dana otonomi khusus sektor pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia orang asli Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Advertisement