Kerjasama Negara ASEAN jadi Kunci Pemulihan Ekonomi

Negara-negara di ASEAN telah mengalami dampak signifikan akibat dari pandemi Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2020, 13:00 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi sambutan saat memberikan apresiasi dan penghargaan kepada 30 Wajib Pajak (WP) di Jakarta, Rabu (13/3). Acara ini mengambil tema 'Sinergi Wujud Cinta Negeri'. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Negara-negara di ASEAN telah mengalami dampak signifikan akibat dari pandemi Covid-19. Ekonomi negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina dan Thailand diproyeksikan Bank Dunia tumbuh negatif di tahun ini masing-masing capai minus 6,1 persen, minus 9,9 persen, dan 10,4 persen. Sementara Indonesia sendiri diproyeksikan tumbuh minus 2 persen tahun ini.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemulihan ekonomi di negara-negara ASEAN akan sangat tergantung kepada kerjasama yang dilakukan di ASEAN. Utamanya untuk terus meningkatkan apa yang disebut investasi, perdagangan, dan juga mobilitas dari manusianya.

"Karena ini yang menjadi kunci dari atau kedinamisan dari ekonomi ASEAN selama ini," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Senin (5/10).

Bendahara Negara ini menyebut, ASEAN sebagai satu wilayah ekonomi dan sebagai satu pasar memberikan keuntungan satu sama lain untuk saling memperkuat dan meningkatkan resiliensi atau daya tahannya terhadap shok.

Oleh karena itu, diperlukan kemitraan atau kerjasama kuat antar negara-negara ASEAN.

"Itu terlihat dari 1997 1998 waktu terjadi ASEAN financial crisis global, financial crisis ASEAN termasuk region yang paling mudah untuk kembali recover," kata Sri Mulyani.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sri Mulyani Sebut Pemulihan Ekonomi Dunia Bergantung pada Vaksinisasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Realisasi defisit APBN pada Januari lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu mencapai Rp37,7 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lembaga-lembaga keuangan dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini akan terkoreksi cukup dalam. Bank Dunia sendiri memproyeksi ekonomi dunia minus 5,2 persen dan tahun depan akan terjadi pemulihan di 4,2 persen. Kemudian IMF meramal ekonomi tahun ini minus 4,9 persen dan pemulihan mencapai 5,4 persen di 2021.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, tahap pemulihan ekonomi dunia sangat tergantung kepada eskalasi dari pada penyebaran Covid-19 itu sendiri. Apakah terjadi gelombang kedua dan harapan adanya vaksin.

"Apakah tersedia vaksin dan bisa dilakukan vaksinasi dan juga hubungan negara negara terutama kelompok negara besar serta efektivitas dari stimulus yang diberikan oleh berbagai negara di dunia," kata dia dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (5/10).

Sri Mulyani mengatakan jika melihat stimulus fiskal yang di lakukan oleh banyak negara di dunia termasuk Indonesia dan dikaitkan dengan seberapa parah Covid-19 telah menyebabkan kontraksi ekonomi, maka salah satu upayanya adalah memperlebar defisit. Pemerintah sendiri sepakat memperbesar defisit APBN tahun ini mencapai 6,3 persen.

"Dan kita sudah melakukan stimulus fiskal pada tahun ini diperkirakan akan defisit 6,3 persen dari GDP bandingkan dengan negara lain yang pertumbuhan ekonominya kontraksinya sangat dalam negara tetangga kita Malaysia Philipina, Singapura, dan Thailand," kata dia.

Bendahara Negara mengatakan bahwa seluruh dunia sedamg mengalami krisis yang luar biasa dari Covid-19. Negara-negara dunia dan Indonesia mau tidak mau menggunakan fiskalnya sehingga menyebabkan kenaikan defisit yang cukup besar

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya