Cek Fakta dan Hoaks soal Virus Corona Covid-19 yang Sempat Viral

Indonesia juga melaporkan 96 kematian baru akibat virus corona covid-19 pada 4 Oktober 2020, sehingga total menjadi 11.151.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 05 Okt 2020, 19:00 WIB
Ilustrasi Virus Corona. (Bola.com/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Virus corona covid-19 di Indonesia bertambah 3.992 pada 4 Oktober 2020. Itu menjadikan kasus covid-19 di Tanah Air mnejadi 303 ribu kasus.

Selain itu, Indonesia juga melaporkan 96 kematian baru akibat virus corona covid-19, sehingga total menjadi 11.151. Angka kematian ini tertinggi di Asia Tenggara. Sementara, jumlah pasien yang sembuh kini mencapai 228.453 orang.

Hingga saat ini, masih ada 62 daerah yang berstatus zona merah atau risiko tinggi. Dari data yang ada, Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat mencatatkan zona merah paling banyak, dengan 6 titik zona merah.

Pandemi virus corona covid-19 di Indonesia terjadi sejak April 2020. Sejak saat itu pula, informasi palsu mengenai wabah ini kian merajalela di internet. Berikut ini hoaks soal virus corona yang pernah viral di Indonesia.

1. Perokok Lebih Kebal dan Kurangi Risiko Tertlar Covid-19

Ini merupakan kabar yang hoaks. Menurut laman covid19.go.id, merokok tidak bisa menekan penularan virus corona covid-19. Faktanya, perokok malah lebih rentan terpapar virus ini, karena covid-19 menyerang pernapasan.

Perokok lebih punya risiko terpapar covid-19 lebih besar karena bisa menyebabkan pneumonia. Pneumonia adalah infeksi paru yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di paru-paru. Peradangan ini membuat penderitanya sulit untuk bernapas dan mengikat oksigen dari udara. Akibatnya, pasokan oksigen ke dalam darah dan ke seluruh jaringan tubuh akan menurun.

Selain itu, perokok, saat terserang virus corona covid-19, juga bisa mengalami gagal napas. Ini bisa terjadi ketika paru-paru tidak dapat lagi memasok oksigen yang cukup ke darah dan tidak dapat pula mengeluarkan karbon dioksida dari darah. Kondisi ini akan menyebabkan gangguan keseimbangan gas dalam darah dan berdampak buruk pada organ-organ dalam tubuh, seperti ginjal, hati, dan jantung, bahkan bisa menyebabkan kematian.

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

2. Thermo Gun Berbahaya untuk Otak

Bek Persib Bandung Fabiano Beltrame diperiksa suhu tubuh menggunakan thermo gun oleh salah seorang ofisial tim. (Foto: MO Persib)

Informasi yang menyebut Thermo Gun berbahaya untuk otak adalah hoaks. Faktanya, menurut, Spesialis Penyakit Dalam, dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH. Thermo Gun sangat aman dipakai.

Dokter Ari mengatakan, termometer inframerah yang biasa digunakan untuk mengecek suhu badan aman digunakan. Termometer tersebut, kata dia, sudah lolos uji kesehatan.

"Produk itu sudah lolos uji kesehatan, jadi sudah diperhitungkan bahwa alat itu aman," kata dr Ari kepada Liputan6.com, Senin (20/7/2020).

Dokter Ari menambahkan, penggunaan termometer inframerah juga tidak berdampak pada sistem saraf dan retina manusia.

"Termometer inframerah tidak memancarkan radiasi seperti sinar-X dan karena itu tidak mempengaruhi sistem saraf termasuk juga tidak merusak retina," ucap Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu.

 


3. Minuman Beralkohol Bisa Membunuh Virus Corona

Ilustrasi Foto Minuman Keras Vodka (iStockphoto)

Menurut WHO, ketika virus telah memasuki tubuh seseorang, menyemprotkan alkohol atau bahkan meminumnya tidak akan bisa membunuh virus tersebut. Jadi, sudah bisa dipastikan informasi tersebut adalah hoax.

Nourmatania Istiftiani SKM, Scientific FibreFirst mengatakan, dalam mencegah dan menekan tingkat penularan covid-19, diperlukan partisipasi dari seluruh masyarakat Indonesia dan hal tersebut dimulai dari diri sendiri yaitu menyebarkan berita atau informasi yang baik dan benar.

Selain itu, tidak perlu aneh-aneh seperti ketiga hoax di atas, cukup dengan meningkatkan imun tubuh tentunya tidak akan mudah tertular penyakit atau virus.

 


4. Uap Panci Bisa Menghilangkan Virus Corona Covid-19

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Faktanya, hal tersebut adalah hoaks. Hal itu dipastikan oleh Profesor Zullies Ikawati, yang merupakan Guru Besar Universitas Gajah Mada atau Profesor di bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik.

Uap dari panci tersebut, kata Profesor Zullies Ikawati, tidak efektif membunuh virus corona covid-19 yang sudah masuk ke tenggorokan manusia.

"Kalau virusnya sudah masuk ke dalam rongga pernafasan yang lebih dalam, tidak bisa menjangkau virusnya. Jika uap itu bisa mencapai virus, bentuknya hanyalah air yang tidak bersifat membunuh virus," katanya.

Lebih lanjut, Profesor Zullies mengatakan, terapi uap seperti di video tersebut bisa berbahaya untuk kesehatan. "Jika terlalu panas, mungkin saja akan mencederai selaput lendir mulut dan hidung yang menghirup (uap)," ucapnya.


Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya