Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi baru mengungkap negara-negara yang warganya tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan, akan cenderung lebih rentan kena COVID-19.
Peneliti dari University of Birmingham, Inggris, menemukan bahwa setidaknya 50 persen orang tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan setelah dari toilet. Beberapa negara yang tidak memilki kebiasaan cuci tangan adalah China (77 persen), Jepang (70 persen), Korea Selatan (61 persen), dan Belanda (50 persen).
Advertisement
Lalu, diikuti oleh Thailand dan Kenya yang masing-masing 48 persen tidak memiliki kebiasaan tersebut. Diikuti Italia dengan persentase 43 persen.
Diikuti dengan persentase untuk negara barat yang cukup rendah yaitu Inggris dan AS adalah 25 persen dan 23 persen. Budaya mencuci tangan terbaik dimiliki oleh Arab Saudi, hanya 3% orang yang tidak mencuci tangan .
Profesor Ganna Pogrebna dari Birmingham Business School dan Dr. Alex Kharlamov dari Birmingham Law School, mempublikasikan temuan mereka dalam Regulation & Governance.
Profesor Pogrebna berkomentar, "Negara-negara yang warganya tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan secara otomatis cenderung memiliki kerentanan terhadap paparan COVID-19 yang jauh lebih tinggi. Dengan tidak adanya obat atau vaksin, wabah saat ini mewajibkan umat manusia untuk menemukan cara untuk mengurangi potensi risiko infeksi.”
"Sering mencuci tangan dengan sabun selama setidaknya 20 detik secara luas disarankan sebagai tindakan pencegahan terhadap COVID-19. Dimungkinkan untuk dengan cepat memengaruhi perilaku kebersihan individu bisa dalam jangka pendek, tetapi, mengubah budaya mencuci tangan di negara tertentu atau secara global adalah tugas yang jauh lebih sulit."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Mencuci Tangan
Pada 2015, BVA France Sarl, Jaringan Riset Pasar Independen Seluruh Dunia dan GALLUP International mempublikasikan data tentang kebiasaan manusia mencuci tangan dari 63 negara di seluruh dunia. Mereka meminta responden untuk setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut "Mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet adalah sesuatu yang Anda lakukan secara otomatis."
Profesor Pogrebna dan Dr. Kharlamov menggunakan kumpulan data 64.002 responden stersebut sebagai proksi dari budaya cuci tangan untuk mengeksplorasi dampak budaya ini pada wabah COVID-19.
"Banyak faktor yang mungkin telah berkontribusi pada penyebaran COVID-19 di seluruh dunia, tetapi budaya mencuci tangan saja tampaknya menjadi faktor penting dalam menjelaskan mengapa beberapa daerah terpukul lebih keras oleh wabah tersebut,” kata Alex Kharlamov.
"Waktu akan memberi tahu apakah tantangan yang ditimbulkan oleh COVID-19 akan membantu memperkuat budaya cuci tangan di seluruh dunia. Namun, faktanya hal ini disesuaikan dengan perbedaan budaya dan perbedaan dalam pembangunan ekonomi antar negara. Hal ini menunjukkan korelasi yang sangat kuat antara kurangnya budaya cuci tangan dengan paparan virus. "
(Penulis: Vania Accalia)
Advertisement