Liputan6.com, New York - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan bahwa COVID-19 dapat menyebar melalui virus yang tertinggal di udara, terkadang selama berjam-jam. Bahlan, CDC juga mengakui kekhawatiran yang disuarakan secara luas oleh para ahli kesehatan masyarakat tentang penularan virus melalui udara.
Panduan CDC muncul beberapa minggu setelah badan tersebut menerbitkan - dan kemudian menghapus - peringatan serupa, yang kemudian memicu perdebatan tentang bagaimana virus menyebar. Demikian seperti mengutip laman Channel News Asia, Selasa (6/10/2020).
Advertisement
Dalam panduan tersebut, CDC mengatakan ada bukti bahwa orang dengan COVID-19 kemungkinan menginfeksi orang lain yang berada lebih dari 1,8 meter jauhnya, di dalam ruang tertutup dengan ventilasi yang buruk.
Dalam keadaan seperti itu, CDC mengatakan para ilmuwan percaya jumlah tetesan dan partikel kecil yang menular, atau aerosol yang diproduksi oleh orang dengan COVID-19 menjadi cukup terkonsentrasi untuk menyebarkan virus.
CDC telah lama memperingatkan penularan melalui tetesan kecil yang menyebar melalui udara dan umumnya jatuh ke tanah, yang menghasilkan aturan jarak sosial. Tetesan aerosol masih jauh lebih kecil dan dapat tetap melayang di udara, seperti asap.
Sementara CDC menekankan transmisi kontak dekat lebih umum daripada melalui udara, sekelompok ilmuwan AS memperingatkan dalam surat terbuka yang tidak terkait yang diterbitkan dalam jurnal medis Science pada hari Senin bahwa aerosol yang tertinggal di udara dapat menjadi sumber utama penularan COVID-19.
"Kenyataannya adalah penularan melalui udara adalah cara utama penularan terjadi dalam jarak dekat dengan kontak yang lama," kata para peneliti dalam panggilan pers.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bertahan di Udara
Virus dalam aerosol dapat tetap di udara selama beberapa detik hingga berjam-jam, melakukan perjalanan lebih dari dua meter dan terakumulasi di udara dalam ruangan yang berventilasi buruk, yang menyebabkan peristiwa penyebaran super, kata para peneliti.
Karena individu dengan COVID-19 melepaskan ribuan aerosol yang sarat virus dan jauh lebih sedikit tetesan saat bernapas dan berbicara, para ilmuwan mengatakan fokusnya harus pada perlindungan terhadap penularan melalui udara.
Mereka juga mengatakan bahwa pejabat kesehatan masyarakat harus secara jelas membedakan antara tetesan yang dikeluarkan melalui batuk atau bersin dan aerosol yang dapat membawa virus ke jarak yang lebih jauh.
Pejabat kesehatan masyarakat harus menyoroti pentingnya memindahkan aktivitas di luar ruangan dan meningkatkan udara dalam ruangan, bersama dengan mengenakan masker dan jarak sosial, kata surat itu.
Advertisement