Ekspor Perikanan Ditargetkan Naik USD 1,5 Miliar di 2024

Sektor perikanan saat ini memiliki peluang pasar baik untuk domestik dan ekspor.

oleh Tira Santia diperbarui 06 Okt 2020, 11:07 WIB
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ekspor produk perikanan tercatat sebanyak 510.050 ton pada semester I-2018. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Deputi bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit mengatakan, pemerintah menargetkan peningkatan ekspor perikanan sebesar USD 1,5 miliar di tahun 2024.

“Sektor perikanan memiliki peluang pasar domestik dan ekspor yang besar. Hal ini dilihat dari capaian produksi perikanan tangkap khususnya tuna tahun 2017 sebesar 6,5 juta ton dengan estimasi stok sebesar 12,5 juta ton dan target peningkatan ekspor dari USD 700 juta di tahun 2018 menjadi USD 1,5 miliar di tahun 2024,” kata Victoria dalam Webinar "Solusi Pembiayaan dan Pemasaran Produk Perikanan di Tengah Pandemi", Selasa (6/10/2020).

Sedangkan untuk perikanan budidaya atau udang target peningkatan dari USD 1,2 miliar di tahun 2018 menjadi USD 3 miliar di tahun 2020. Namun demikian sama halnya dengan sektor strategis lainnya pandemi covid-19 memberikan dampak mendalam khususnya bagi para nelayan dan pembudidaya ikan.

Menurutnya, sektor perikanan merupakan salah satu komoditi prioritas dalam pengembangan koperasi dan UMKM. Ini karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi nelayan dan pembudidaya ikan terbesar di dunia yang melibatkan banyak pelaku usaha mikro.

“Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, total jumlah nelayan mencapai lebih dari 2,3 juta jiwa, dan pembudidaya ikan hampir 4 juta orang. Di mana 96 persen lah Indonesia masuk kategori kecil dan tradisional,” ujarnya.

Lanjutnya, Victoria menjelaskan permasalahan sektor perikanan dari sisi hulu dan hilir. Untuk sisi hulu permasalahannya yakni meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan dan pembudidaya ikan, dalam hal ini kelangkaan BBM.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sisi Hilir

Pedagang mengecek ikan di Pelelangan ikan Muara Baru, Jakarta, Sabtu (6/7/2019). Angka ini mengalami kenaikan 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp32 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara untuk sisi hilir, permasalahannya didominasi oleh ketidakpastian dan rendahnya daya beli terhadap produk ikan.  Hal ini disebabkan oleh pembatasan interaksi fisik dan berkurangnya aktivitas di hilir selama pandemi yang mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat, melemahnya daya serap industri pengolahan, serta kendala ekspor.

“Penjualan ikan di pasar online masih terbatas, belum lagi masalah yang sudah kita hadapi sejak tahun-tahun yang lalu yaitu biaya angkutan logistik yang mahal,” ujarnya.

Pemerintah terus berupaya untuk memberikan ekonomi UMKM khususnya komoditi perikanan, dan menjaga agar proses dari hulu hingga Hilir dapat berjalan optimal melalui beberapa upaya dan perubahan strategis.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya