Curigai Turki Bantu Azerbaijan, Kanada Hentikan Ekspor Senjata

Kanada menahan ekspor senjata ke Turki di tengah konflik Azerbaijan-Armenia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 06 Okt 2020, 13:02 WIB
Warga menonton TV Negara saat berkumpul dalam tempat penampungan untuk melindungi diri dari serangan bom di Stepanakert, Republik Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, 28 September 2020. Pasukan Armenia dan Azerbaijan bertempur atas wilayah separatis Nagorno-Karabakh. (Armenian Foreign Ministry via AP)

Liputan6.com, Ottawa - Kanada menahan ekspor senjata ke Turki setelah ada dugaan teknologi milik Kanada justru dipakai oleh Azerbaijan dalam konflik melawan Armenia. Turki merupakan sekutu dekat Azerbaijan.

Menteri Luar Negeri Kanada François-Philippe Champagne lantas menghentikan ekspor teknologi ke Turki selagi menginvestigasi dugaan teknologi Kanada jatuh ke tangan Azerbaijan.

"Selama beberapa hari terakhir, sejumlah tudingan muncul terkait teknologi Kanada digunakan pada konflik milier di Nagorno-Karabkah," ujar Menlu Champagne dalam pernyataan resminya di situs pemerintah Kanada, Selasa (6/10/2020).

Menghadapi tudingan tersebut, Kemlu Kanada berkata langsung melaksanakan investigasi. Akibatnya, izin ekspor senjata ke Turki juga dibekukan.

"Sesuai dengan rezim kontrol ekspor Kanada yang kuat dan karena adanya pertikaian yang berlanjut, saya telah mensuspens izin impor terkait ke Turki," kata Menlu Champagne.

Al-Monitor melaporkan bahwa drone milik Azerbaijan dilengkapi dengan sistem imaging and targetting yang dibuat oleh perusahaan Kanada, yakni L3Harris Wescam. 

Hal itu diketahui oleh Project Plougshares, sebuah kelompok pengendalian senjata Kanada. Project Ploughshares melakukan analisis video dan menemukan bahwa sensor Wescam digunakan drone Azerbaijan.

L3Harris Wescam diketahui mengekspor sensornya ke Turki. Project Plougshares menyebut sensor tersebut berpotensi dipakai untuk pelanggaran HAM dan hukum internasional.

Menlu Kanada mengaku prihatin dengan konflik di Nagorno-Karabakh dan meminta agar segera ada tindakan dan negosiasi untuk mencapai perdamaian.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Pemimpin NATO Minta Turki Redakan Konflik Azerbaijan Vs Armenia

Tentara Armenia menembakkan meriam ke arah Azerbaijan di Republik Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, Selasa (29/9/2020). Pasukan Armenia dan Azerbaijan saling serang saat memperebutkan Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri. (Sipan Gyulumyan/Armenian Defense Ministry Press Service/PAN Photo via AP)

Pemimpin NATO Jens Stoltenberg berharap Turki bisa membantu meredakan konflik antara Azerbaijan dan Armenia. Konflik di daerah Nagorno-Karabakh masih terus mengklaim korban jiwa.

Dalam kunjungannya ke ibu kota Ankara, Turki, Jens Stoltenberg menyampaikan rasa prihatinnya. 

"Kami sangat khawatir atas eskalasi pertikaian" ujar Stoltenberg seperti dikutip Al Arabiya, Senin 6 Oktober 2020.

"Saya berekspektasi agar Turki menggunakan pengaruhnya yang cukup kuat untuk menenangkan ketegangan," lanjutnya.

Turki dan Azerbaijan merupakan sekutu dekat. Namun, hubungan Turki dan Armenia tidak harmonis.

Armenia pernah menjadi sasaran genosida yang dilakukan oleh Kesultanan Utsmaniyah pada era Perang Dunia I. Lebih dari 1 juta orang tewas akibat peristiwa itu, akan tetapi Turki membantah adanya genosida.

Secara diplomatik, Armenia lebih dekat dengan Rusia. Sebelumnya, Rusia juga menawarkan diri sebagai tuan rumah untuk perdamaian antara Azerbaijan dan Armenia.

Uni Eropa dan Amerika Serikat juga sama-sama meminta agar Azerbaijan dan Armenia dapat menghentikan pertikaian yang terjadi di perbatasan kedua negara.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya