Menteri Teten Gandeng Belanda Siapkan Model Bisnis Koperasi Petani

Kementerian Koperasi dan UKM telah bekerja sama dengan Belanda untuk mengembangkan model koperasi pertanian yang dapat dijadikan model bisnis koperasi di Tanah Air.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Okt 2020, 15:50 WIB
Petani makin bersemangat melakukan aktivitasnya di sawah untuk penuhi stok pangan di Provinsi Sulteng.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM tengah menyiapkan model bisnis korporasi petani dan korporasi nelayan. Diharapkan model bisnis ini bisa diterapkan di berbagai daerah di Indonesia.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjelaskan, pemerintah sudah menyiapkan model bisnis korporasi. Beberapa diantaranya adalah untuk komiditi beras seluas 800 hektare di Demak dan kelapa sawit di Pelalawan, Riau.

"Kami menyiapkan ‘piloting business model’ korporasi petani atau nelayan yang kami replikasi di berbagai tempat," kata Teten dalam jumpa pers setelah rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi, dengan topik 'Korporasi Petani dan Nelayan dalam Mewujudkan Transformasi Ekonomi' di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (6/10/2020).

Kementerian Koperasi dan UKM telah bekerja sama dengan Belanda untuk mengembangkan model koperasi petani yang dapat dijadikan model bisnis koperasi di Tanah Air.

Sehingga, dia berharap pengembangan koperasi yang lebih modern akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani atau nelayan, yang akan dapat memetik profit dari bisnis model yang dikembangkan.

"Tidak bisa lagi petani, nelayan, dan UMKM berusaha sendiri secara perorangan, dalam skala kecil, tapi harus bergabung dalam skala efisien. Sehingga kami dorong mereka untuk bergabung dalam koperasi," ujarnya.

Menurutnya, pengembangan model bisnis untuk petani sawit di Pelelawan, Riau, yang didorong untuk berkoperasi untuk kemudian membangun pengolahan CPO.

Selain itu, petani beras di Demak, Jawa Tengah, didorong untuk mengembangkan sawah seluas 100 hektar untuk produknya yang diekspor, dan sebagian masuk ke pasar ritel domestik. Bahkan ketika permintaan terus meningkat, para petani tersebut dapat memperluas lahan usaha hingga 800 hektar.

"Mereka berkoperasi, kemudian membentuk PT dan membangun pabrik besar modern, dengan investasi hingga Rp40 miliar, dengan Rp12 miliar di antaranya diperoleh dari koperasi petani. Model seperti ini nanti kita integrasikan ke sistem pembiayaan KUR untuk petani penggarap dalam mengembangkan padi," terangnya.

 


Dana Bergulir

Sejumlah alat dan mesin pertanian (alsintan) jenis hand traktor dan traktor roda 4 telah berdatangan di Pulang Pisau. (Dok Kementan)

Teten menambahkan, pihaknya juga akan memperkuat koperasi sebagai korporasi petani dan nelayan dari sisi pembiayaan. Antara lain dengan menyediakan dana bergulir dari LPDB-KUMKM.

" Koperasi diperkuat pembiayaannya dari LPDB-KUMKM, jadi koperasi beli gabah, dan baru diolah RMI, dan nanti yang menjual ke market adalah koperasi, agar petani mendapat keuntungan dari seluruh proses; sejak penanaman, pengolahan, sampai dengan ‘end product’, seluruhnya dikelola petani; jadi bantuan pupuk, bibit, sampai pembiayaan, bisa dikelola untuk produktivitasnya," ucapnya.

Ke depan, pihaknya juga akan mereplikasikan model bisnis serupa ke komoditas yang lain termasuk garam, ikan, dan lainnya, dengan menggandeng kementerian/lembaga lain, termasuk BUMN.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya