Liputan6.com, Beirut - Pada 4 Agustus 2020, serangkaian ledakan besar mengguncang pelabuhan Beirut Lebanon. Yang terbesar tercatat sebagai salah satu ledakan terkuat dalam sejarah yang tidak dihasilkan oleh bom nuklir, menurut analisis terbaru.
Dikutip dari Livescience, Selasa (6/10/2020), sebelumnya ledakan sebesar itu tidak pernah terdokumentasikan dengan baik. Kali itu, banyak saksi yang merekam momen ledakan dan gelombang ledakan berikutnya dalam video, membagikan adegan mengerikan tersebut di media sosial.
Advertisement
Baru-baru ini, para insinyur di Universitas Sheffield di Inggris menganalisis 16 video yang diambil dari lokasi berbeda di sekitar ledakan Beirut dan memiliki tampilan kejadian yang tidak terhalang dan akibatnya. Dari bukti visual ini, para peneliti kemudian dapat memperkirakan kekuatan ledakan tersebut, mereka melaporkan dalam sebuah studi baru.
Para peneliti mengumpulkan 38 titik data dari video, menunjukkan kedatangan gelombang ledakan berdasarkan isyarat audio, analisis video frame-by-frame, dan ukuran bola api ledakan.
Para insinyur menemukan bahwa bencana itu setara dengan ledakan 550 hingga 1.200 ton (500 hingga 1.100 metrik ton) senyawa kimia peledak trinitrotoluene (TNT). Sekitar 5% kekuatan bom nuklir yang dijatuhkan AS di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.
Dalam hitungan milidetik, ledakan Beirut melepaskan sekitar 1 gigawatt hour (GWh) energi atau sebanyak energi yang dihasilkan dalam satu jam oleh lebih dari 3 juta panel surya, 412 turbin angin atau 110 juta LED, menurut Departemen Energi A.S. Itu cukup untuk menyediakan listrik ke lebih dari 100 rumah selama sekitar satu tahun, perwakilan universitas mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Dampak dari Ledakan Beirut
Ledakan tersebut menewaskan sedikitnya 180 orang dan melukai lebih dari 6.000 orang, disebabkan oleh kebakaran yang menyulut timbunan amonium nitrat yang sangat eksplosif yang telah disimpan di pelabuhan seberat 2.750 ton (2.500 metrik ton) yang telah disimpan di pelabuhan.
Awan jamur besar yang muncul dari reruntuhan - terdiri dari gas nitrogen dioksida beracun - terbentuk setelah amonium nitrat padat terurai menjadi gas dan uap air.
Ledakan itu merusak sekitar setengah bangunan yang ada di Beirut, membuat lebih dari 250.000 orang mengungsi dan 85% gudang gandum negara itu hancur atau rusak parah sehingga gandum tidak lagi dapat dimakan.
"Setelah melihat peristiwa tersebut, kami ingin menggunakan keahlian kami di bidang teknik ledakan untuk membantu memahami apa yang telah terjadi di Beirut, dan memberikan data yang dapat digunakan untuk membantu menyelamatkan nyawa jika peristiwa tersebut terjadi lagi," imbuh Sam Rigby, dosen senior di Blast and Impact Engineering di University of Sheffield.
"Dengan memahami lebih banyak tentang kekuatan ledakan tak disengaja skala besar seperti yang terjadi di Beirut, kami dapat mengembangkan prediksi yang lebih akurat tentang bagaimana bangunan yang berbeda akan terpengaruh dan jenis cedera yang mungkin terjadi pada jarak yang berbeda dari ledakan," tambah Rigby.
Advertisement