Genjot Populasi, Singapura Tawarkan Uang untuk Warga Hamil Saat Pandemi COVID-19

Singapura menawarkan kompensasi menarik berupa uang, untuk menumbukan minat memiliki bayi saat pandemi Virus Corona COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Okt 2020, 08:50 WIB
Ilustrasi Bayi yang Baru Lahir Credit: unsplash.com/Jonathan

Liputan6.com, Singapura - Dalam rangka mendorong minat penduduk untuk memiliki bayi selama pandemi Virus Corona COVID-19, pemerintah Singapura memberikan penawaran menarik berupa kompensasi uang. Pembayaran hanya dibayarkan satu kali.

Pemerintah khawatir warganya menunda menjadi orang tua akibat berjuang dengan tekanan keuangan dan PHK.

Rincian jumlah yang bisa dibayarkan belum dirilis. Ini merupakan tambahan dari beberapa bonus yang besar untuk bayi yang ditawarkan oleh pemerintah.

Singapura memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia, yang telah diupayakan untuk ditingkatkan selama beberapa dekade.

Ini sangat kontras dengan beberapa negara tetangganya seperti Indonesia dan Filipina, yang menghadapi kemungkinan lonjakan besar kehamilan akibat lockdown membendung Virus Corona COVID-19.

"Kami telah menerima umpan balik bahwa Virus Corona COVID-19 telah menyebabkan beberapa calon orang tua menunda rencana menjadi orang tua," kata Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat pada hari Senin 5 Oktober 2020.

Dilansir dari BBC, Selasa (6/10/2929), Heng mengatakan rincian lebih lanjut tentang jumlah dan bagaimana pembayaran kompensasi itu akan diumumkan di kemudian hari. Sistem bonus bayi Singapura saat ini memberikan manfaat kepada orang tua yang memenuhi syarat hingga $ 10.000 ($ 7.330, £ 5.644) atau setara dengan Rp 147 juta.

Tingkat kesuburan Singapura menyentuh level terendah delapan tahun pada 2018, menurut data pemerintah, pada tingkat 1,14 kelahiran per wanita. Banyak negara Asia menghadapi masalah serupa tentang penurunan tingkat kesuburan, yang dapat memburuk selama penurunan pandemi.

Awal tahun ini, angka kelahiran di China turun ke level terendah sejak pembentukan Republik Rakyat China 70 tahun lalu. Ini terjadi meskipun ada pelonggaran kebijakan satu anak yang banyak dikritik.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Melonjaknya Angka Kehamilan Saat Pandemi COVID-19

Ilustrasi bayi kembaar. (dok. Unsplash.com/Fallon Michael/@fallonmichaeltx)

Berbeda dengan beberapa tetangga Singapura yang justru menghadapi masalah sebaliknya. Di Filipina, kehamilan yang tidak diinginkan diperkirakan akan melonjak hampir setengah menjadi 2,6 juta jika pembatasan pergerakan yang disebabkan Virus Corona COVID-19 tetap ada hingga akhir tahun, menurut Dana Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Angka-angka ini sendiri sudah menjadi epidemi," kata Aimee Santos, juru bicara badan PBB di Filipina, bulan lalu.

Filipina memiliki populasi tertinggi kedua di Asia Tenggara dengan 108,4 juta. Menjadi wilayah dengan wabah Virus Corona COVID-19 terburuk di kawasan, dengan lebih dari 307.000 infeksi.

"Masalah wanita dan anak-anak ini sebagian besar tetap tidak terlihat selama pandemi. Sudah waktunya untuk menempatkan mereka di depan dan di tengah," Senator Risa Hontiveros, kepala komite urusan wanita, mengatakan bulan lalu.

Dia telah mendukung seruan untuk lebih banyak pejabat wanita di gugus tugas negara melawan wabah Virus Corona COVID-19.

 

Reporter : Romanauli Debora

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya