Kaspersky: Indonesia Bisa Perangi Kejahatan Siber dengan Cara Ini

Kaspersky, selaku perusahaan keamanan siber terkemuka di dunia ini berbagi pandangannya tentang bagaimana cara menangkal kejahatan siber di Tanah Air.

oleh Yuslianson diperbarui 07 Okt 2020, 09:30 WIB
Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware. Kredit: Elchinator via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa bulan belakangan ini, kejahatan siber semakin marak terjadi di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia.

Berdasarkan pemantauan Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional (Pusopskamsinas) Badan Sandi Siber Negara (BSSN) pada April 2020, tercatat pada 1 Januari hingga 12 April 2020 ada 88.414.296 kasus serangan siber di Indonesia.

Adapun serangan siber tertinggi terjadi pada bulan Januari 2020, dengan jumlah 25.224.811. Sedangkan pada Februari diketahui terjadi 29.188.645 serangan.

Kemudian pada Maret 2020, saat Indonesia mulai terjangkit virus corona Covid-19, tercatat ada 26.423.989 serangan. Kendati, untuk bulan April 2020, dari data dirilis per-12 April sudah ada 7.576.851 serangan.

Berkaca dari hal tersebut, Kaspersky, selaku perusahaan keamanan siber terkemuka di dunia ini berbagi pandangannya tentang bagaimana cara menangkal kejahatan siber di Tanah Air.

"Populasi penduduk Indonesia itu sangat banyak, dan sebagian besar belum tahu banyak tentang kejahatan siber," ucap Vitaly Kamluk, Director of GReAT Team APAC, dalam webinar Kaspersky, Selasa 6 Oktober 2020.

"Hal inilah yang membuat banyak pelaku kejahatan siber tertarik," ujar Vitaly kepada peserta webinar Kaspersky.

 


Cara Tangkal Kejahatan Siber

Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Lebih lanjut Vitaly menjelaskan, "cara yg terbaik untuk memperkuat benteng pertahanan siber adalah memberikan kesempatan lebih besar untuk meningkatkan edukasi cybersecurity di sektor pendidikan."

Tak hanya itu, Vitaly juga berharap semua pihak harus selalu mengedepankan topik keamanan sebagai pilar kehidupan sehingga publikasi di media juga semakin menonjol untuk keamanan siber, di TV, koran dan media lainnya.

"Selanjutnya tinggal Pemerintah yang bergerak dan dapat memainkan perannya sebagai pemegang kekuasaan dan regulator di Tanah Air," pungkasnya.

 


Melek Keamanan Siber

Kawasan Asia Tenggara mulai menjadi pemain ekonomi skala besar sehingga memicu para hacker untuk melakukan penyerangan siber. (Doc: iStockphoto)

Seperti negara lain di dunia, termasuk Indonesia harus berhadapan dengan tantangan siber yang luar biasa di masa pandemi.

"Semua stakeholder harus saling berkolaborasi dengan baik demi mewujudkan kesadaran keamanan itu," kata Yeo Siang Tiong, GM Kaspersky for SEA, dalam acara webinar yang sama.

"Karena sebagian besar penduduk di Indonesia semakin konsumtif dalam hal tetap terkoneksi di masa pandemi ini, kesadaran keamanan masyarakatnya juga kian lama kian tumbuh."

Yeo Siang Tiong berkata, meski masyarakatnya sedikit demi sedikit mulai notice, tetap masih dibutuhkan peningkatan untuk itu.

(Ysl/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya