Donald Trump Akhiri Pembicaraan Soal Rencana Stimulus COVID-19 Hingga Pemilu AS Selesai

Presiden Donald Trump mengakhiri pembicaraan terkait rencana anggaran stimulus COVID-19.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 07 Okt 2020, 11:15 WIB
Presiden AS Donald Trump keluar dari Walter Reed National Military Medical Center di Bethesda, Maryland pada Senin (5/10/2020). Donald Trump meninggalkan rumah sakit tempat dia dirawat karena Covid-19 dan langsung kembali ke Gedung Putih yang sedang menjadi kluster infeksi baru (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia mengakhiri negosiasi tentang RUU bantuan COVID-19, dan hanya akan melanjutkan pembicaraan setelah pemilihan.

"Segera setelah saya menang, kami akan mengesahkan RUU Stimulus utama yang berfokus pada pekerja keras di Amerika," cuitnya satu hari setelah meninggalkan rumah sakit.

Mengutip BBC, Rabu (7/10/2020), pembicaraan anggaran antara Ketua Demokrat Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin telah berlangsung.

Anggota parlemen dari kedua belah pihak berharap bahwa akan ada putaran lain pengeluaran bantuan COVID-19 menjelang pemilihan pada 3 November, tetapi twit Trump tampaknya tiba-tiba menangguhkan prospek itu.

Dalam twitnya, presiden menyalahkan kegagalan pembicaraan pada Pelosi. Ia mengatakan bahwa dia mencari $ 2,4tr (£ 1,8tr) "untuk bailout yang dijalankan dengan buruk, kejahatan tinggi, Negara Demokrat".

Dia mengatakan dia menawarkan balik $ 1.6tr (£ 1.2tr) tetapi Pelosi "tidak bernegosiasi dengan itikad baik".

"Saya menolak permintaan mereka, dan melihat ke masa depan Negara," tulisnya.

Dia menambahkan bahwa dia telah menginstruksikan Pemimpin Mayoritas Senat Republik Mitch McConnell untuk memfokuskan upaya untuk mengkonfirmasi calon Mahkamah Agungnya, Amy Coney Barrett.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Respons Pelosi

Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi merobek naskah pidato kenegaraan Presiden Donald Trump dalam Kongres di Capitol Hill, Washington, Selasa (4/2/2020). Pelosi adalah salah satu tokoh terdepan di balik proses pemakzulan yang dilayangkan kepada Trump. (AP Photo/Alex Brandon)

Pelosi menuduh Trump "mengutamakan dirinya sendiri dengan mengorbankan negara".

"Dia menunjukkan penghinaannya terhadap sains, penghinaannya terhadap pahlawan kita ... dan dia menolak untuk menaruh uang di saku pekerja, kecuali namanya tertera di cek," tambahnya.

Pelosi mengatakan presiden "menikah" dengan pemotongan pajak $ 150 miliar untuk orang kaya, tetapi menolak untuk membantu anak-anak miskin.

"Jelas, Gedung Putih benar-benar berantakan," katanya serta meminta pejabat Trump untuk memperhatikan saran Jerome Powell, kepala bank sentral Amerika untuk segera membuat keputusan signifikan. 


Situasi Ekonomi AS

Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Para analis telah memperingatkan bahwa risiko pemulihan ekonomi bisa saja terhenti jika tak ada bantuan lebih lanjut. Sementara AS telah memperoleh kembali sekitar setengah dari pekerjaan yang hilang pada bulan Maret dan April, lebih dari 10 juta orang tetap menganggur.

Dalam pidatonya pada hari Selasa, kepala bank sentral Amerika, Jerome Powell, memperingatkan konsekuensi "tragis" jika pembuat kebijakan berbuat terlalu sedikit dan laju kemajuan semakin melambat.

“Ekspansi masih jauh dari selesai,” ujarnya. 

"Bahkan jika tindakan kebijakan pada akhirnya terbukti lebih besar dari yang dibutuhkan, tindakan tersebut tidak akan sia-sia." 

Pengumuman Trump yang tidak terduga muncul karena banyak keuntungan individu yang sebelumnya disetujui oleh Kongres telah habis.

Langkah tersebut juga akan secara signifikan menunda tagihan bantuan ekonomi baru, karena Kongres baru tidak akan berkumpul kembali hingga Januari, setelah pemilihan November.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya