Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mencatat angka kematian karena COVID-19 di Jawa Timur masih naik. Meski demikian, angka kasus menurun dan kesembuhan meningkat di Jawa Timur.
Berdasarkan data Satgas COVID-19, Jawa Timur mencatat kenaikan kematian karena COVID-19 dari 28 September-4 Oktober sebesar 5,9 persen.
"Jawa Timur sendiri tren kematian kalau kita ingat angka kematian cukup tinggi. Kalau lihat puncak dia sebenarnya bukan di bulan-bulan terakhir, meski terakhir sempat naik, kontribusi sudah bergeser bukan dari Surabaya yang tertinggi tapi dari kabupaten atau kota lain. Pekan terakhir memang ada kenaikan meski kecil 5,9 persen namun trennya masih naik,” ujar Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan COVID-19 dr Dewi Nur Aisyah, dalam diskusi online COVID-19 dalam angka, Rabu (7/10/2020).
Baca Juga
Advertisement
Ia menuturkan, Jawa Timur butuh usaha besar untuk menurunkan angka kematian karena COVID-19. "Awal-awal angka kematian 7,31 persen, sehingga butuh effort besar untuk turunkan," ujar dia.
Mengutip data infocovid19.jatimprov.go.id, angka kematian karena COVID-19 bertambah 23 jiwa menjadi 3.325 jiwa pada 6 Oktober 2020.
Di sisi lain, Dewi menuturkan, Jawa Timur mencatat angka kesembuhan dari COVID-19 tertinggi. Angka kesembuhan karena COVID-19 di Jawa Timur mencapai 85,53 persen.
Selain itu, Satgas COVID-19 juga mencatat penurunan kasus di Jawa Timur. Jumlah kasus turun sebesar delapan persen dalam pekan terakhir di Jawa Timur.
Berdasarkan data per 4 Oktober 2020, total kasus konfirmasi COVID-19 mencapai 42.670. Sementara itu, kasus aktif mencapai 3.280 orang.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Upaya Cegah Kematian karena COVID-19
Menekan kematian karena COVID-19 tersebut masih menjadi pekerjaan rumah di Jawa Timur. Anggota Satgas Rumpun Kuratif COVID-19 Jatim, dr Makhyan Jibril Al Farabi menuturkan, pihaknya bersama dokter ahli di RSUD dr Soetomo dalam dua minggu ini melakukan profiling kematian di Jawa Timur.
"Mencari penyebab kematiannya sekaligus menentukan intervensi yang tepat untuk penanganan yang lebih efektif sehingga mencegah kematian,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu, 7 Oktober 2020.
Ia menuturkan, pihaknya juga menemui ada dua kabupaten yang mengalami penundaan dalam pelaporan kematian yang seharusnya terjadi pada Agustus 2020 baru tercatat dalam dua minggu terakhir. "Sehingga kurvanya agak tidak konsisten dengan penurunan kasus dan positivity rate,” ujar dia.
Dokter Jibril menambahkan, meski demikian, ada perkembangan perlahan-lahan ditunjukkan dari positivity rate turun jadi 10 persen. Sebelumnya positivity rate 31 persen pada Juli 2020. Positivity rate ini merupakan rasio antara jumlah kasus positif COVID-19 dibandingkan dengan jumlah dari total pemeriksaan spesimen dalam satu wilayah tertentu. Jika angka persentasenya rendah merupakan hal baik, dan jika makin tinggi sebaliknya.
"Kematian menunjukkan tren penurunan meski pun perlahan," ia menambahkan.
Sebelumnya, Satgas COVID-19 menyampaikan sudah tidak ada zona merah COVID-19 di Jawa Timur. Ada sebanyak 28 kabupaten/kota berganti menjadi zona oranye atau risiko sedang penyebaran COVID-19 dan 10 wilayah sisanya masuk dalam kategori zona kuning atau risiko rendah. Adapun hal itu juga ditunjukkan dari tingkat penularan 0,93 Rt (di bawah 1 selama 14 hari). Jumlah rapid test mencapai 976.711 dan PCR test sebanyak 370.107.
Advertisement