Mengulik Performa Baterai dan Pengisian Daya di Smartwatch Garmin Instinct Solar

Salah satu mekanisme pengisian daya bertenaga surya di jam tangan Garmin seri Solar menggunakan teknologi yang bernama PowerGlass.

oleh M Hidayat diperbarui 07 Okt 2020, 18:00 WIB
Smartwatch Bertenaga Surya Garmin Instinct Solar. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Pengguna gadget barangkali sudah akrab dengan aksesori power bank bertenaga surya. Di pasaran, aksesori ini tersedia dalam berbagai model dari banyak merek.

Nah, apa jadinya jika tenaga surya menjadi sumber listrik bagi jam tangan? Menjawab hal itu, Garmin menjadi perusahaan pionir yang merilis smarwatch berfitur navigasi dengan tenaga surya pertama di dunia.

Ada dua smartwatch seri Solar yang dirilis ke pasar, termasuk pasar Indonesia, yakni Garmin Instinct Solar dan fēnix 6 Solar. Keduanya merupakan penyempurnaan dari Garmin Instinct dan fēnix 6 versi terdahulu.

Di Indonesia, kedua seri tersebut masing-masing dibanderol dengan harga Rp 6,99 juta dan Rp 13,499 juta. Saya berkesempatan untuk menjajal unit Garmin Instinct Solar selama beberapa waktu belakangan ini. Di artikel ini, secara khusus saya akan menyajikan ulasan bagaimana performa baterai dan pengisian daya di Garmin Instinct Solar.

Secara garis besar, apa yang akan saya bahas terkait Garmin Instinct Solar terbagi menjadi tiga, yaitu mekanisme pengisian daya, daya tahan baterai, serta manajemen daya.

Mekanisme pengisian daya

Salah satu mekanisme pengisian daya bertenaga surya di jam tangan Garmin seri Solar menggunakan teknologi yang bernama PowerGlass. Ia merupakan lensa transparan yang memiliki kemampuan fotovoltaik untuk menyerap cahaya dan mengonversinya menjadi energi listrik sebagai sumber tenaga jam tangan. Posisi PowerGlass terletak tepat di bawah lapisan GorillaGlass.

Selain PowerGlass, Garmin juga menyematkan strip berwarna hitam yang sekilas tampak seperti bezel yang melingkari area layar. Namun, strip itu bukanlah bezel, melainkan semacam versi mini dari panel surya pada umumnya dan terdiri dari sekumpulan sel fotovoltaik. Strip ini terletak antara bodi dan area layar jam tangan.

Kecuali ketika pengguna melakukan pengisian daya secara eksternal dari sumber listrik, baik PowerGlass maupun strip panel surya selalu berfungsi secara aktif dan menyerap cahaya sebagai sumber tenaga. Maka dari itu, pengisian daya akan berlangsung efektif jika tidak ada benda menghalangi layar jam tangan dari paparan sinar matahari.

Tentu saja, intensitas sinar matahari sangat berpengaruh langsung terhadap daya yang tersimpan. Karena itu, untuk kinerja maksimum, pengisian daya sebaiknya dilakukan ketika sinar matahari cerah.


Daya Tahan Baterai

Smartwatch Bertenaga Surya Garmin Instinct Solar. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Soal daya tahan baterai, di atas kertas Instinct Solar bisa menyala hingga 38 jam dengan kondisi GPS aktif, dari yang awalnya hanya 30 jam pada seri Instinct biasa. Sementara ketika mode Max Battery GPS aktif, baterai bertahan hingga 75 jam dari yang tadinya 70 jam saja.

Lalu ketika GPS mati dan fitur smartwatch aktif, baterai bertahan hingga 30 hari dari yang tadinya 24 hari saja. Di mode Expedition GPS Activity, baterai mampu menyokong perangkat untuk menyala selama 50 hari dari yang awalnya 28 hari.

Data tersebut di atas saya peroleh ketika menyimak presentasi dari Garmin Indonesia beberapa waktu lalu. Menurut pengalaman saya pribadi, dengan eksposur sinar matahari pada intensitas tinggi dan pemakaian aktif fitur smartwatch, GPS, dan sinkronisasi dengan aplikasi Garmin Connect, saya hampir tidak pernah mengisi daya baterai lewat listrik rumah, kecuali ketika pada hari-hari tertentu di mana saya memang berdiam diri seharian di rumah.

Saya sempat khawatir, apakah jam tangan ini akan mengalami panas berlebih jika pengisian daya dari sinar matahari berlangsung kontinu selama berjam-jam. Namun untungnya, jam tangan ini memiliki sistem perlindungan dari hal tersebut dan ia dengan sendirinya berhenti melakukan pengisian, jika sistem mendeteksi suhu internal melebih ambang batas tertinggi.

Hal lain yang juga ingin saya tekankan adalah pengguna sebaiknya tidak menambahkan lapisan pelindung layar tambahan. Bagi beberapa model smartwatch dari kompetitor, terutama yang mengadopsi layar sentuh, lapisan pelindung tambahan bisa dibilang merupakan aksesori yang direkomendasikan. Namun, tidak demikian dengan smartwatch Garmin, mengingat jam tangan Garmin dioperasikan melalui beberapa tombol di tepi bodinya.

Khusus untuk seri Solar, lapisan tambahan ini akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang diserap oleh Power Glass. Dampaknya, konversi ke energi listrik untuk baterai pun akan menjadi lebih rendah. Namun, meski tidak setangguh lensa safir seperti yang ditemukan pada seri Garmin fēnix 6X Sapphire, lensa Power Glass juga dirancang untuk mampu menahan goresan.


Manajemen Daya

Smartwatch Bertenaga Surya Garmin Instinct Solar. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Fitur lain yang tak kalah penting dari Garmin Instinct Solar adalah Power Manager. Fitur ini terdiri dari dua menu, yakni Battery Saver dan Power Modes. Pada kondisi kapasitas baterai tersisa 90 persen, menurut pengalaman saya, sistem menunjukkan bahwa unit jam tangan saya akan menyala selama 11 hari ke depan, sesuai dengan preferensi setelan saya.

Secara default, informasi daya baterai yang tersisa dan paparan sinar matahari terhadap jam tangan ditunjukkan di tampilan muka (watch face). Khusus untuk paparan sinar matahari, jam tangan hanya menampilkan paparan selama enam jam terakhir. Namun, akumulasi harian paparan sinar matahari ini juga dapat dilihat di aplikasi Garmin Connect di menu Solar Intensity.

Ketika saya menyalakan Battery Saver, secara signifikan sistem menampilkan bahwa jam tangan ini akan berfungsi hingga 71 hari ke depan, dengan sejumlah pembatasan tentunya. Saat Battery Saver aktif, ia otomatis mematikan sensor detak jantung (Heart Rate), oksimetri nadi (Pulse OX), dan banyak fitur lainnya.

Saya pribadi tidak pernah mengaktifkan Battery Saver karena saya kira, saya tidak perlu takut kehabisan daya baterai sebab jam tangan ini secara konstan menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik.

Beralih ke Power Modes, ada dua opsi untuk mengatur manajemen daya, yakni Max. Battery dan Jacket Mode. Di Max Battery, pengguna dapat menentukan sistem navigasi yang akan menjadi acuan jam tangan dalam menentukan lokasi atau fitur berbasis sistem navigasi lainnya, yakni GPS + GLONASS, GPS + GALILEO, dan UltraTrac.

Di antara ketiga sistem navigasi itu, konsumsi daya GPS + GALILEO paling tinggi, disusul oleh GPS + GLONASS dengan selisih dua jam lebih hemat. Sementara UltraTrac memiliki konsumsi daya paling rendah dengan selisih 35 jam lebih irit daripada GPS + GALILEO.

Pada kondisi tertentu, mungkin saja pengguna mengenakan jam pada lengan jaket, baju hangat, atau pakaian lengan panjang lainnya. Di sinilah fungsi Jacket Mode berperan. Salah satu perbedaan paling mendasar antara Jacket Mode dan Max. Battery adalah sensor detak jantung sengaja dimatikan ketika pengguna mengaktifkan Jacket Mode karena sensor tidak langsung menempel pada pergelangan tangan.


Seberapa Penting Pengisian Daya Surya

Smartwatch Bertenaga Surya Garmin Instinct Solar. Liputan6.com/Mochamad Wahyu hidayat

Bicara penting atau tidak, saya rasa ini kembali lagi ke bagaimana pengguna memanfaatkan jam tangannya. Salah satu masalah utama smartwatch ketika navigasi dan beberapa fitur lainnya diaktifkan secara simultan adalah daya tahan baterai yang berkurang secara drastis.

Masalah ini, menurut saya, akan dapat dihindari, mengingat jam tangan ini akan mengisi daya dengan sendirinya ketika kamu berolahraga, asalkan ia terpapar oleh sinar matahari. Dengan begitu, konsumsi daya baterai yang tinggi ketika berolahraga akan dapat sedikit diimbangi oleh asupan energi dari sinar matahari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya