Liputan6.com, Jakarta - Pandemi memaksa semua orang menahan diri, termasuk menunda kebiasaan nongkrong bareng sahabat yang biasanya mudah dilakoni. Hal tersebut jadi tantangan tersendiri, khususnya bagi generasi Z yang kebutuhan interaksi dengan sesamanya tinggi. Lalu, bagaimana agar bisa bertahan?
Psikolog Saskhya Aulia Prima menjelaskan, membangun interaksi dengan orang-orang dekat, termasuk sahabat, merupakan kebutuhan dasar semua orang. Saat terkoneksi, mood jadi lebih baik yang secara tak sadar membantu menjaga kesehatan fisik. Perasaan bahagia yang tercipta bisa membuat imun lebih terjaga.
Baca Juga
Advertisement
"Ada sebuah penelitian yang dilakukan selama 80 tahun, dan etemulah satu kesimpulan. Orang yang umurnya panjang, sehat, dan lebih bermakna bila punya hubungan sosial yang bermakna juga, entah dengan pasangan atau sahabat," kata Saskhy dalam jumpa pers virtual #TwoStayConnected, pekan lalu.
Situasi berjauhan tersebut bisa jadi makin pelik bila yang mengalami hidup bersama keluarga tak akur. Maka, sambungnya, seseorang harus tetap merawat hubungan dekat yang terjalin sejak sebelum pandemi lewat teknologi. Format curhat yang biasanya disampaikan secara langsung, bisa dialihkan lewat pertemuan virtual.
"Kita masih untung ada teknologi, apalagi ada aplikasi yang bisa di-explore. Kita gunakan platform, lakukan kegiatan baru sama sahabat," ujarnya.
Pertemuan sahabat secara virtual meski secara kualitas tidak bisa sepenuhnya menggantikan pertemuan fisik, lebih baik daripada tidak sama sekali. Agar lebih nyaman lagi, tetap siapkan diri seperti sebelum pandemi. Jaga penampilan penting agar bisa nyaman melihat diri sendiri di layar. Selanjutnya, rembukkan kegiatan yang hendak dicoba bersama secara virtual.
"Kita bisa eksplorasi aplikasi-aplikasi baru, TikTok, Instagram, ikutin course baru, podcast bareng, olahraga secara virtual, lakukan DIY activities bareng," tuturnya perihal alternatif kegiatan yang bisa dilakukan bersama.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cek Kondisi Emosi
Yang lebih penting dari itu, yakni mengecek kondisi emosional masing-masing. Menurut Saskhy, masa pandemi bisa menjadi momentum untuk mendalami perasaan dan memahami antarsahabat. Dimulai dengan pertanyaan soal kabar hari ini, pembicaraan bisa berkembang jadi beragam pertanyaan yang tak pernah diajukan sebelumnya.
"Gimana rasanya di rumah sama keluarga? Dari 1--10 misalnya, berapa rate-nya? Apa yang bikin semangat? Ada nggak hal baru yang pengen dicoba? Ini juga bisa ditanya setiap hari pada diri sendiri," kata Saskhy.
Terkait hal itu pula, Nivea meluncurkan kampanye terbaru yang wujudnya adalah eksperimen sosial bersama dua pasang sahabat terpilih. Mereka diajak menjawab 36 pertanyaan yang dikembangkan dari 36 Questions that Lead to Love yang disusun oleh seorang profesor psikologi dari Stony Brook University, New York.
"Pertanyaan-pertanyaan itu di-develop sama psikolog sehingga sudah jelas akan terbawa pada hal-hal yang mendetoks, bisa mendorong lebih terbuka," kata Goldi Rumawas, Brand Executive Nivea Face and Lips.
Ia berharap eksperimen sosial itu bisa menginspirasi konsumen untuk tetap semangat menjalin komunikasi dan hubungan dengan orang terdekat. Dengan begitu, orang dapat lebih merasa bahagia dan stres berkurang selama pandemi berlangsung.
Advertisement