Mencari Bakat Anak Down Syndrome Bisa Dilakukan dengan Cara Ini

Pendiri Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrom (POTADS) Noni Fadhilah mengatakan bahwa ia tidak menggunakan tolak ukur umur dalam mencari bakat anaknya, Zeina, yang menyandang down syndrome.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 08 Okt 2020, 20:00 WIB
Zeina Nabila Down Syndrome Foto: Tangkapan Layar Instagram nabila.zeina (8/10/2020).

Liputan6.com, Jakarta Pendiri Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrom (POTADS) Noni Fadhilah mengatakan bahwa ia tidak menggunakan tolak ukur umur dalam mencari bakat anaknya, Zeina, yang menyandang down syndrome.

Saat ditanya terkait kapan waktu yang tepat dalam menemukan bakat anak down syndrome ia menjawab “Kalau ditanya kapan, saya gak tahu kapannya karena saya merupakan orangtua anak dengan down syndrome yang tidak mau memakai tolak ukur umur, saya gak mau stres,” katanya dalam webinar POTAD, ditulis pada Kamis (8/10/2020).

Hal yang pertama ia lihat sebelum mencari bakat anaknya adalah bagaimana pendidikan yang diajarkan bisa diterima Zeina.

“Yang sangat saya utamakan adalah perilaku, bagaimana dia mau berkembang dengan baik kalau perilakunya belum baik. Seperti duduk manis, bisa minum dengan benar, meletakan sesuatu ke tempatnya, itu yang saya lebih utamakan.”

Pengajaran dalam mengucapkan kata-kata baik juga dilakukan oleh Noni, seperti membiasakan ucapan salam, terima kasih, selamat pagi, dan kata-kata sederhana lain lebih diutamakan ketimbang langsung mencari bakatnya.

“Menurut pengalaman saya itu bisa sampai usia 10 tahun, Zeina baru mengerti kata manis itu di usia 8, mulai bisa 3 kata ‘mama, saya, pergi’ itu di usia 5 tahun. Tapi itu kita apresiasi dengan pelukan dan kata-kata baik.”

Load More

Simak Video Berikut Ini:


Mengetahui Bakat Zeina

Setelah hal-hal dasar bisa dilakukan dengan baik, Noni mulai mengarahkan Zeina untuk melakukan hal yang disukainya.

Noni melihat anaknya sering loncat-loncat dan hingga usia 20 barulah ia melihat bakat anaknya di bidang seni.

“Saya masukkan ke SLB di mana SLB yang mengarahkan, saya lihat dia telaten di cara merias wajah, senang main gamelan, jadi semua saya ikutkan. Tidak hanya di satu kegiatan, kecuali orangtua mau memfokuskan anak ke satu kegiatan.”

“Kalau saya lebih ke mengikuti apapun yang diam au. Zeina dulu senang sekali olahraga dan dia sempat jadi juara lari namun kakinya lebih kecil jadi dia gak kuat untuk itu. Saya alihkan ke musik yang di SLB ada pelatihannya.”

Ia menyarankan bagi para orangtua untuk bersabar dalam melihat bakat anak. Namun, hal utama yang perlu dioptimalkan adalah sikap dan perilaku sehari-hari.


Infografis Disabilitas

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya