UNICEF Ungkap Virus Corona COVID-19 Bisa Tingkatkan Kematian Bayi Baru Lahir

Sebagian besar bayi lahir dalam keadaan tak bernyawa terjadi karena kualitas layanan kesehatan yang buruk, kurangnya investasi dalam peralatan dan pelatihan bidan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Okt 2020, 09:03 WIB
ilustrasi virus. (Sumber: liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Hampir dua juta bayi lahir dalam keadaan meninggal setiap tahunnya. Jika digambarkan, maka ada satu bayi meninggal setiap 16 detik.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (9/10/2020) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 dapat menambah 200.000 kematian lagi.

Sebagian besar kelahiran akan gagal, 84 persen terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di mana perawatan dasar neo-natal dapat menyelamatkan ratusan ribu nyawa setiap tahun, menurut laporan bersama oleh UNICEF, Organisasi Kesehatan Dunia dan Grup Bank Dunia.

Sebagian besar bayi lahir dalam keadaan tak bernyawa terjadi karena kualitas layanan kesehatan yang buruk, kurangnya investasi dalam peralatan dan pelatihan bidan.

"Kehilangan anak saat lahir atau selama kehamilan adalah tragedi yang menghancurkan bagi sebuah keluarga, yang sering dialami secara diam-diam, namun terlalu sering, di seluruh dunia," kata direktur eksekutif UNICEF Henrietta Fore.

"Di luar hilangnya nyawa, biaya psikologis dan finansial bagi wanita, keluarga, dan masyarakat sangat parah dan bertahan lama. Bagi banyak ibu, seharusnya tidak seperti ini."

Laporan tersebut memperingatkan bahwa pandemi dapat mengakibatkan hampir 200.000 bayi lahir dalam keadaan tak bernyawa tambahan, dengan asumsi bahwa 50 persen layanan kesehatan terkena dampak di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah oleh tanggapan penanganan Corona COVID-19.

Mark Hereward, direktur asosiasi UNICEF untuk data dan analitik, mengatakan kepada AFP bahwa bayi di banyak negara akan terpapar COVID-19 meskipun ibunya tidak pernah tertular penyakit tersebut.

Pertama, karena peningkatan kemiskinan yang masif akibat resesi global, katanya.

"Cara lain adalah melalui gangguan layanan kesehatan, baik karena petugas kesehatan dipindahkan untuk menangani COVID-19 atau karena orang takut pergi ke klinik."

Hereward mengatakan bahwa tanpa tindakan segera dibutuhkan. Dunia akan menderita 20 juta lebih banyak kelahiran mati pada tahun 2030 jika masalah ini tak diatasi.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

 
Load More

Simak video pilihan di bawah ini:


40 Persen Meninggal Selama Persalinan

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Secara global, lebih dari 40 persen kelahiran mati terjadi selama persalinan, kata PBB.

Sabine Uwizeye (35)yang tinggal di ibu kota Rwanda, Kigali, kehilangan bayinya saat melahirkan di minggu ke-37 kehamilan.

"Saya tahu ada yang tidak beres dan dokter memberi tahu saya bahwa bayi saya sudah meninggal. Saya tidak percaya. Saya menangis dan menangis," katanya kepada AFP.

"Bayi saya memiliki banyak simpul di tali pusarnya. Saya merasa sangat sedih bahkan sekarang karena tidak bisa menggendong bayi saya yang sakit."

Uwizeye kini menjadi ibu dari anak berusia 10 bulan yang sehat, namun ia mengimbau ibu hamil untuk waspada dalam memantau kesehatan bayinya di kandungan.

"Terus lakukan check-up dan pastikan kehamilanmu normal," ujarnya.

"Bahkan ketika Anda di rumah, Anda dapat memastikan bahwa bayi dalam kandungan baik-baik saja. Selalu waspada dan waspada."


Infografis Hindari Penularan Covid-19, Ayo Jaga Jarak!

Infografis Hindari Penularan Covid-19, Ayo Jaga Jarak! (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya