Liputan6.com, Banjarnegara - Pernah suatu kali, seluruh bocah gimbal peserta ritual ruwatan pemotongan rambut gimbal adalah anak perempuan. Masa itu jatuh pada ruwatan berbalut even budaya Dieng Culture Festival 2018.
Kesan feminim makin kuat ketika panitia memilih tema "Beauty of Culture" pada festival budaya, kala itu. Fenomena anak berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng memang lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
Pemangku Adat Dieng, Kiai Sumanto atau Mbah Sumanto, tak menampik adanya bocah lelaki yang juga berambut gimbal. Namun, jumlahnya tak sebanyak anak perempuan.
Baca Juga
Advertisement
"Ada, tapi jarang," ucapnya.
Kesan feminin tak lepas dari mitologi rambut gimbal yang menjadi kepercayaan warga lokal. Fenomena bocah gimbal di Dieng telah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, bocah gimbal ini adalah titipan tokoh dalam mitologi Dieng, Nyai Roro Ronce.
Dalam legenda, Nyai Roro Ronce merupakan abdi Nyai Roro Kidul yang bertugas mendiami dan menjaga Dataran Tinggi Dieng. Ia sendiri digambarkan berambut gimbal, atau berpilin.
"Kenapa banyak anak perempuan, ya karena yang menitipi itu perempuan (berambut gimbal). Itu Nini Dewi Roro Ronce, beliau itu bawahan Kanjeng Ibu (Nyai Roro Kidul)," kata dia menjelaskan.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Dititipkan kepada Kiai Kolodete
Nyai Roro Ronce lantas menitipkan anak-anak berambut gimbal itu kepada tokoh legenda Dieng lainnya, Kiai Kaladete atau Kolodete. Sama dengan Nyai Roro Ronce, Kiai Kaladete menurut masyarakat Wonosobo juga digambarkan sebagai sosok berambut gimbal.
Kemunculan anak gimbal atau bocah gembel Dieng masih menjadi misteri. Setidaknya hingga sains mengungkap misteri itu."Sejak Mbah saya sudah ada bocah gembel," ujar Sumanto.
Masyarakat setempat meyakini rambut akan tumbuh normal setelah bocah gimbal menjalani ruwatan berupa ritual pemotongan rambut gimbal. Dalam upacara itu, berbagai prasyarat ritual wajib dipenuhi.
Anak gimbal dibebaskan mengajukan permintaan dan perintaan itu harus dipenuhi. Potongan rambut gimbal itu kemudian dilarung di Telaga Warna.
"Dikembalikan kepada Kanjeng Ibu," Sumanto menerangkan.
Fenomena anak berambut gimbal di Dieng atau keturunan Dieng ini tak terjelaskan secara ilmiah. Hingga saat ini, belum ada kajian ilmiah perihal fenomena rambut gimbal di Dieng.
Advertisement
Belum Ada Penelitian Sains dan Medis
Arkeolog Banjarnegara, Aryadi Darwanto, mengemukakan hingga saat ini belum ada penelitian medis atau ilmiah mengenai fenomena anak berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng.
Sebagian kalangan berpendapat rambut gimbal diwariskan secara genetis. Sebab, jika ada anak berambut gimbal, maka hampir dipastikan nenek moyang si anak merupakan keturunan warga Dieng. Biasanya, orangtua, kakek, atau neneknya juga berambut gimbal
Hal ini terbukti ketika si orangtua tak lagi tinggal di Dieng namun masih melahirkan anak dengan rambut gimbal. Ini juga kerap terjadi pada Dieng Culture Festival. Dalam upacara puncak ruwatan pemotongan rambut gimbal, ada anak yang berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat.
Dia bercerita, keanehan kadang juga terjadi. Seorang anak gimbal yang sudah diruwat rambutnya kembali tumbuh gimbal, setelah beberapa lama. Belakangan, diduga lantaran permintaannya sebelum diruwat tak dijalankan sesuai permintaan anak.
"Yang dari Cikampek, kalau tidak salah. Sepeda motor mininya rusak, terus setelah demam panas, gimbal lagi," ujarnya.
Rambut Gembel Bisa Luruh Tanpa Ritual
Ada pula anak gimbal yang rambutnya tetap tumbuh gimbal setelah menjalani pemotongan rambut. Belakangan diketahui, uang untuk membeli barang yang dimintanya berasal dari kakeknya. Padahal, si anak meminta agar orangtuanya yang membelikan barang itu.
"Permintaannya spesifik. Tergantung permintaan si anak," dia menambahkan.
Ada pula anak gimbal yang rambutnya ambrol atau luruh sendiri sebelum diruwat. Ceritanya, anak gimbal itu meminta sapi seberat satu ton. Untuk memenuhi permintaan ini tentu memerlukan dana yang besar.
Lantaran orangtua si bocah gembel tak bisa memenuhi permintaan si anak, si anak nyaris tiap hari merengek agar dibelikan sapi seberat satu ton selama berbulan-bulan. Hingga suatu ketika, si anak tak lagi meminta.
Namun setelah itu keanehan terjadi. Tanpa sebab yang jelas, rambut gimbal yang tumbuh di kepalanya luruh dengan sendirinya. Setelah itu rambut si anak tumbuh normal.
Advertisement