Liputan6.com, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng mengatakan perlu adanya peningkatan pola pikir dan literasi wakaf kepada masyarakat Indonesia. Saat ini pemahaman masyarakat terkait wakaf hanya sebatas wakaf tanah.
"Yang terbayang sekarang di masyarakat wakaf ini ke hanya sebatas tanah dan peruntukannya," kata Sugeng di Jakarta, Kamis (8/10/2020).
Advertisement
Padahal lanjut Sugeng, banyak jenis wakaf yang belum banyak diketahui masyarakat. Salah satunya wakaf dalam bentuk uang tunai yang masih belum banyak diketahui.
"Padahal bentuknya (wakaf) macam-macam, bisa tunai dengan nominal yang kecil sekalipun," kata dia.
Kolaborasi produk wakaf pun kata Sugeng perlu dikolaborasikan dengan social finance. Salah satunya pemerintah dan regulator membuat sukuk pada Maret 2020. Pemanfaatan sukuk syariah ini digunakan untuk pengembangan Rumah Sakit Mata di Banten.
"Ke depan CWJSL ini akan dikembangkan sehingga partisipasinya lebih tinggi," kata dia.
Selain itu Bank Indonesia sebagai regulator memberikan penguatan terhadap halal value chain. Salah satunya lewat program di pesantren yang dilakukan dengan lembaga lain.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kerjasama dengan Pesantren
Setidaknya hingga 2020, Bank Indonesia telah bekerja sama dengan pesantren yang menghasilkan 300 macam bisnis. Ekosistem ini kata Sugeng akan lebih maksimal jika disandingkan dengan pengelolaan wakaf.
"Perlu dibangun story yang matang sehingga bisa dirasakan manfaatnya dan menyalurkan manfaatnya," kata dia.
Dia menambahkan, dalam hal ini perlu dibangun transparansi yang dilakukan nahzir. Ini menjadi penting untuk membangun kredibilitas untuk membangun profesionalitas.Terakhir, lembaga wakaf juga harus ikut perkembangan zaman dan bertransformasi untuk digitalisasi.
Merdeka.com
Advertisement