Liputan6.com, Moskow - Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada 9 Oktober 2020 bahwa Armenia dan Azerbaijan telah sepakat untuk berpartisipasi dalam pembicaraan yang ditengahi Moskow untuk mengakhiri pertempuran Nagorno-Karabakh.
Sementara itu, pertempuran yang memperebutkan wilayah Azerbaijan yang memisahkan diri itu masih berlanjut pada Kamis malam.
Advertisement
Dilansir VOA Indonesia, Sabtu (10/10/2020), menteri luar negeri dari Azerbaijan dan Armenia telah menerima undangan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghadiri pertemuan dalam perundingan pertama mereka sejak pertempuran meletus pada 27 September lalu.
Kantor berita AFP mengutip pernyataan dari juru Bicara Kementerian Rusia, Maria Zakharova yang menyebutkan bahwa "Baku dan Yerevan telah mengukuhkan partisipasi mereka".
Zakharova kemudian melanjutkan bahwa persiapan untuk pertemuan itu pus sedang berlangsung.
Adapun pernyataan dari Kremlin yang menyebutkan pada 8 Oktober bahwa "menyusul serangkaian diskusi melalui telepon antara Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan PM Armenia Nikol Pashinyan," Presiden Putin menyerukan dihentikannya pertempuran agar kedua pihak dapat "bertukar mayat dan tahanan".
Saksikan Video Berikut Ini:
Seruan Gencatan Senjata Sebelumnya dari AS, Prancis dan Rusia
Sebelumnya, pasukan Armenia dan Azerbaijan sempat mengabaikan seruan gencatan senjata dalam dua pekan ini dari AS, Prancis dan Rusia, sementara pertempuran meruncing ke tingkat yang belum pernah terjadi sejak 1990-an.
Seperti diketahui, ketiga negara itu bersama-sama memimpin Kelompok Minsk yang berupaya menemukan solusi damai, dalam Organisasi bagi Keamanan dan Kerja sama di Eropa (OSCE).
Pada tahun 1991, wilayah yang mayoritas warganya etnik Armenia itu mendeklarasikan kemerdekaannya dari Azerbaijan ketika Uni Soviet runtuh.
Hal itu kemudian memicu perang yang menewaskan hingga 30 ribu orang sebelum gencatan senjata pada tahun 1994.
Sementara pada tahun 2010, upaya perdamaian dalam konflik Nagorno-Karabakh yang dimediasi Kelompok Minsk sempat gagal.
Advertisement