Liputan6.com, Jakarta Dokter Psikiater di Omni Hospital Alam Sutera dr. Andri, Sp.KJ, FAPM menerangkan tentang definisi psikosomatik.
Menurutnya, psikosomatik secara definisi ada istilah psiko dan soma yaitu psikologi atau jiwa dan soma. Dalam kehidpuan sehari-hari psikosomatik dapat dijabarkan sebagai adanya keluhan-keluhan fisik yang diakibatkan faktor psikologi.
Advertisement
“Jadi ada keluhan misalnya jantung berdebar-debar, sesak napas, lambung tidak nyaman, pegal-pegal, ngilu, tapi ketika diperiksa sama dokter penyakit dalam atau dokter saraf gak ada apa-apa tuh, semuanya berada dalam fungsi yang dianggap normal-normal aja,” kata Andri dalam webinar Omni Hospital, Sabtu (10/10/2020).
Gejala-gejala tersebut lah yang dikatakan psikosomatik, tambahnya. Psikosomatik termasuk ke dalam masalah medis, hanya saja sebagian orang sering memisahkan dan tidak memahami secara keseluruhan sehingga dianggap gangguan non medis seperti guna-guna, gangguan setan, karena adanya gangguan di sistem saraf pusat.
Simak Video Berikut Ini:
Orang yang Paling Rentan
Menurut Andri, siapa pun bisa mengalami gejala psikosomatik, bahkan anak-anak kecil pun tidak menutup kemungkinan bisa mengalaminya.
“Kita semua pernah kok mengalami gejala psikosomatik. Makanya saya juga sering melakukan relaksasi sebentar sebelum kegiatan supaya gak pengen buang air kecil di tengah-tengah, itu sebenarnya bagian dari gejala-gejala psikosomatik.”
Ia mencontohkan, ketika orang hendak menghadiri acara dan dia akan menjadi pusat perhatian maka orang tersebut merasakan tegang dan berdebar-debar, itu adalah contoh gejala psikosomatik.
“Sebetulnya gejala itu umum dialami tetapi menjadi penyakit dan gangguan ketika gejalanya datang setiap hari dan tidak ada pemicu yang jelas. Jadi bisa datang kapan aja dengan pemicu yang tidak jelas dapat disebit gejala psikosomatik yang termasuk pada masalah medis.”
Andri menambahkan, menurut pengalamannya ketika kuliah di Amerika pada 2010 silam, kelompok umur yang paling banyak mengalami psikosomatik adalah remaja usia 16 sampai 17 tahun.
“Tapi sekarang, sepertinya kalau di Indonesia yang paling banyak di usia 20 sampai 30-an atau usia produktif. Makanya kalau orang yang mengalami gangguan psikosomatik dan tidak diobati maka akan mengganggu kualitas hidupnya,” tutup Andri.
Advertisement