Dokter Meninggal Akibat COVID-19, Keluarga: Tak Ganti Masker Berbulan-bulan

Seorang dokter di AS, meninggal akibat COVID-19 dan penyebab kematiannya diduga karena tidak pernah mengganti masker N95-nya selama berminggu-minggu.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Okt 2020, 19:30 WIB
Dr. Adeline Fagan meninggal dunia setelah terinfeksi COVID-19 (@Cleavon_MD/Twitter).

Liputan6.com, Houston - Seorang dokter muda di Texas AS, meninggal akibat terinfeksi COVID-19, dimana infeksi tersebut menyebabkan pendarahan di otak dokter tersebut.

Dokter muda bernama Adeline Fagan (28) yang berasal dari LaFayette New York, telah mengidap COVID-19 semenjak awal bulan Juli dan meninggal pada 19 September. Adeline diduga mengidap COVID-19 karena tidak mengganti maskernya selama berminggu-minggu.

Dikutip dari The Guardian, Sabtu (10/10/2020), Adeline bekerja di sebuah rumah sakit yang bernama Houston Healthcare West (HCA). Ia pindah ke Texas pada tahun 2019 setelah menyelesaikan studi kedokterannya di Buffalo, New York.

Adeline merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dimana semua saudaranya berkarir di bidang medis. Dori Marshall, dekan asosiasi kedokteran Universitas di Buffalo mengatakan bahwa Adeline merupakan sosok yang periang.

"Adeline senang menangani kelahiran bayi, senang menjadi bagian dari momen bahagia ketika bayi lahir, senang bekerja untuk membantu seorang ibu," imbuhnya.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Penyebab Adeline Terinfeksi COVID-19

Dr. Adeline Fagan saat melakukan praktik persalinan (Cleavon_MD/Twitter).

Maureen Fagan, adik kandung dari Adeline mengatakan bahwa sampai sekarang tidak jelas bagaimana Adeline tertular COVID-19. Namun ia percaya bahwa kurangnya alat perlindungan diri (APD) dalam beberapa bulan terakhir dapat menjadi penyebabnya.

"Adelina mempunyai masker N95 dan ia selalu menggunakannya selama berminggu-minggu hingga berbulan tanpa menggantinya," imbuh Maureen.

Sebagai informasi, CDC merekomendasikan bahwa masker N95 daapt digunakan kembali paling banyak lima kali, kecuali produsen mengatakan sebaliknya.

HCA West mengatakan tidak akan mengomentari secara spesifik tuduhan Maureen, tetapi kepala petugas medis fasilitas tersebut, Dr. Emily Sedgwick, mengatakan kebijakan rumah sakit tidak melibatkan individu yang terus-menerus menggunakan kembali masker yang sama.

“Protokol kami didasarkan pada panduan CDC, dimana rekan kerja akan menyerahkan masker N95 mereka di setiap akhir shift dan menerima masker lain pada awal shift berikutnya," imbuhnya.


Kondisi Adeline Sebelum Meninggal Dunia

Ilustrasi perawatan (Marcelo Leal/Unsplash).

Pada 8 Juli, Adeline tiba di rumah dengan tubuh sakit, sakit kepala dan demam. Tes COVID-19-nya menunjukkan hasil positif. 

Selama dua minggu rumah sakit berusaha untuk menangani paru-paru Adeline yang gagal kekurangan oksigen. Dia menjadi sangat lemah sehingga dia tidak bisa mengangkat teleponnya atau bahkan menegakkan kepalanya.

Lalu Adeline dipindahkan ke rumah sakit lain di mana dia setuju untuk menggunakan ventilator. Kurang dari sehari kemudian, dia dipasang ke perangkat ECMO untuk pengobatan terakhir yang sangat invasif, di mana darah dikeluarkan dari tubuh melalui tabung intravena yang ditanamkan secara bedah, diberi oksigen secara artifisial dan kemudian dikembalikan.

Adeline dapat bertahan hingga dua bulan hingga ia harus menghembuskan nafas terakhir karena menderita pendarahan otak yang parah.

Hingga di detik-detik terakhir, dokter bedah dan tenaga medis lainnya tetap berusaha menyelamatkan Adeline, namun Adeline tidak berhasil selamat dari pendarahan tersebut.

 

 

Reporter: Ruben Irwandi


Infografis 3M Turunkan Risiko Covid-19 Berapa Persen?

Infografis 3M Turunkan Risiko Covid-19 Berapa Persen? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya