Cerita Akhir Pekan: Ke Mana Bisa Kirim Sampah Rumah Tangga?

Sudah jadi tanggung jawab bersama untuk mengelola sampah rumah tangga guna mengurangi beban TPA.

oleh Asnida Riani diperbarui 31 Agu 2021, 20:19 WIB
Ilustrasi sampah kemasan. (dok. Facebook TOP Varavut/https://www.facebook.com/674202746364334/posts/1058561024595169/)

Liputan6.com, Jakarta - Tengok tempat sampah Anda dan lihat seberapa banyak volume pembuangan di dalamnya, Ya, mengingat kebanyakan waktu sekarang dihabiskan di rumah, sampah rumah tangga otomatis lebih akrab di keseharian.

Merefleksi pembentukan tanggung jawab atas sampah yang dihasilkan, semaksimal mungkin Anda tentu akan mengelolanya supaya tak menambah beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Persepsi ini kemudian mengarah ke pertanyaan, ke mana sampah-sampah ini bisa dikirim?

Satu yang boleh jadi sudah akrab adalah bank sampah. Namun, tak semua jenis sampah rumah tangga nyatanya bisa diterima bank sampah maupun pengepul. Dari penemuan itu, Tan Novita dan Ovy Sabrina menggagas Rebricks.

"Sejak Juli 2018, kami riset, bolak-balik ke lapangan dan cari literatur, sampai akhirnya running sejak November tahun lalu dengan menerima rejected plastic waste. Jadi, kami terima jenis sampah yang tak diterima bank sampah dan pengepul," kata Novita lewat sambungan telepon pada Liputan6.com, Rabu, 7 Oktober 2020.

Termasuk di dalamnya adalah multi-layer plastic yang banyak digunakan produk kemasan kebutuhan rumah tangga, label botol, dan bubble wrap. Donatur, sebagaimana Rebricks menyebut orang yang mengirim sampah kemasan ke pihaknya, diminta mengirim jenis sampah tersebut dalam kondisi kering.

"Tidak perlu dicuci, asal kering dan sudah masuk dalam kategori. Karena setelah diterima akan langsung dicacah," ungkapnya. Setelah dicacah, sampah tersebut akan dicampur dengan formula rebrick. Lalu, memasuki tahap curing selama 21 hari, hingga menghasilkan produk berupa paving block.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Alamat Drop Point

Ilustrasi sampah (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Material bangunan, kata Novita, sengaja dipilih pihaknya. Tak hanya karena co-founder Rebricks, Ovy, punya latar belakang di bisnis serupa, namun pemesanan bahan bangunan tak mungkin hanya satu atau dua pieces.

"Jadi, makin banyak sampah yang bisa terolah untuk memenuhi permintaan," katanya. Novita menjelaskan, satu paving block terdiri dari 20 persen sampah multi-layer plastic. "Mass problem seperti sampah harus diatasi dengan membuat produk mass quality," imbuhnya.

Selama pandemi, pihaknya hanya membuat satu drop point, yakni di Jalan Ciputat Raya no,79. Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. "Sejak awal pandemi, kami mendapat banyak kiriman dari para donatur yang secara suka rela mengirim sampah mereka," ungkapnya.

Di samping, pihaknya terus secara aktif memberi edukasi pada publik lewat media sosial dan menjalin kerja sama dengan sejumlah komunitas. "Sebenarnya kalau ada yang tanya di WhatsApp di nomor yang tertera di akun Instagram kami, pasti akan dijawab," tandasnya.

 


Opsi Lain

Output proses daur ulang popok bayi bekas oleh Sarana Olah Sampah (SOS). (Liputan6.com/Asnida Riani)

Sarana Olah Sampah (SOS) yang sudah berdiri sejak 2018 juga bisa jadi alternatif untuk mengirimkan sampah rumah tangga. Founder SOS, Muhliatun, menjelaskan bahwa pihaknya hingga saat ini masih menerima sampah organik, anorganik, dan sampah residu.

"Kami juga menerima sampah kertas yang nantinya diolah jadi kertas yang bisa digunakan kembali," katanya lewat pesan, Rabu, 7 Oktober 2020.

Ia menambahkan, publik bisa langsung mengirimkan sampah rumah tangga mereka ke Creative Space and d'SOS Cafe lewat kurir. Alamatnya di Jalan Baja raya no. 7 RT 03/17 Kel. Bencongan Kec. Kelapa Dua, Kab. Tangerang.  "Ditujukan langsung ke ibu Ida Priatin," sambungnya.

Sampah-sampah ini nantinya akan diolah jadi barang baru yang dapat digunakan, seperti pot tanaman. Praktik pengolahan sampahnya pun memberdayakan perempuan sekitar.

"Jadi, mereka bisa membantu perekonomian keluarga dengan harapan tak lagi jadi korban kekerasan dan sasaran pembedaan status," tandasnya.


Partisipasi Brand

Ilustrasi sampah botol kaca. (AFP/Mohd Rasfan)

Di samping itu, sudah ada beberapa produsen yang berinisasi menerima kemasan kosong produk mereka sebagai bentuk tanggung jawab dari sirkulasi produksi. Mulai dari skincare, sampai minuman, pastikan Anda menanyakan atau mencari tahu info ini saat membeli sebuah produk.

Salah satu yang konsisten menjalankan program ini adalah plant-based milk brand, Mylking Nuts. Co-Founder @mylkingnuts, Dewi, menjelaskan bahwa pengembalian botol kosong produknya sudah berlangsung sejak Mylking Nuts beroperasi, yaitu pada April 2020.

"Sebelum Mylking Nuts beroperasi, kami sudah memikiran bagaimana supaya botol-botol yang dikirim ke pelanggan tak langsung berakhir di tempat pembuangan sampah, melainkan bisa dipakai lagi," katanya melalui teks, Rabu, 7 Oktober 2020.

Ia menjelaskan, botol yang dikembalikan harus sudah dicuci bersih dan minimal pengembalian 10 botol kosong Mylking Nuts 350 ml atau tiga botol kosong Mylking Nuts berukuran satu liter. Pihaknya pun memberi satu botol cashew atau almond milk secara gratis di pemesanan berikutnya bagi pelanggan yang melakukan pengembalian botol kosong.

Pelanggan bisa langsung kontak Mylking Nuts lewat DM Instagram maupun chat di akun Tokopedia dan Shopee untuk melakukan pengembalian botol kosong. "Lalu, kami akan mengatur kurir, ongkos ditanggung Mylking Nuts, untuk mengambil botol kosong dari pelanggan," katanya. 

Botol kosong yang dikembalikan pelanggan nantinya dicuci ulang dan melalui proses sterilisasi, hingga dipakai untuk penjualan berikutnya. "Mylking Nuts merupakan produksi rumahan, di mana semua produk diproduksi dan pantau sendiri. Mulai dari tahap persiapan, pembuatan, packing, sampai nanti di pick-up kurir," tandasnya.

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya