Liputan6.com, Jakarta Mencuci tangan menjadi salah satu cara untuk mencegah penularan virus corona penyebab COVID-19. Hal ini untuk membunuh virus yang menempel di kulit.
Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di Jepang mengungkapkan, SARS-CoV-2 atau virus corona penyebab COVID-19, bisa hidup di sampel kulit manusia selama sekitar 9 jam. Ini berbeda dengan strain virus influenza A (IVA) yang hanya bisa tetap hidup selama sekitar 2 jam.
Advertisement
Para peneliti mengatakan, studi ini menunjukkan kemungkinan SARS-CoV-2 memiliki risiko penularan dari kontak langsung yang lebih tinggi ketimbang IAV. Hal itu karena mereka jauh lebih stabil pada kulit manusia dibanding virus influenza.
"Temuan ini mendukung hipotesis bahwa kebersihan tangan yang benar penting untuk pencegahan penyebaran SARS-CoV-2," tulis para peneliti seperti dikutip dari Live Science pada Minggu (11/10/2020).
Dalam studinya, para peneliti dari Kyoto Prefectural University of Medicine membuat model kulit menggunakan sampel kulit manusia yang diperoleh dari hasil autopsi. Sampel ini dikumpulkan kira-kira satu hari setelah kematian.
Para penulis mencatat, setelah 24 jam setelah kematian, kulit manusia masih bisa digunakan untuk cangkok. Ini berarti sebagian besar fungsinya masih ada selama beberapa saat setelah kematian.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Tidak Aktif Usai Diberi Etanol
Dengan pemodelan tersebut, peneliti menemukan SARS-CoV-2 bisa bertahan di sampel kulit manusia selama 9,04 jam dibandingkan virus influenza A selama 1,82 jam.
Selain itu, dikutip dari Webmd, dengan mencampurkan sampel berlendir untuk meniru bersin atau batuk, virus SARS-CoV-2 ditemukan dapat bertahan 11,09 jam sementara influenza A mencapai 1,69 jam. Mukus yang digunakan didapat dari tiga orang penderita infeksi saluran pernapasan atas akut.
Mereka menambahkan, kedua virus tersebut dinyatakan benar-benar tidak aktif dalam waktu 15 detik setelah diberikan hand sanitizer dengan 80 persen etanol.
"Bertahannya SARS-CoV-2 selama 9 jam pada kulit manusia dapat meningkatkan risiko kontak transmisi dibandingkan dengan IAV, sehingga mempercepat pandemi. Kebersihan tangan yang baik penting untuk mencegah penyebaran infeksi SARS-CoV-2," tulis para peneliti dalam kesimpulan mereka.
Studi ini memiliki keterbatasan, salah satunya adalah hanya digunakannya satu strain virus corona dan satu strain virus influenza.
Selain itu, mereka juga tidak mencatat bahwa penelitian ini tidak mempertimbangkan "dosis infeksi" dari SARS-CoV-2, yaitu jumlah partikel virus yang diperlukan untuk memberikan orang infeksi dari kontak dengan kulit yang terkontaminasi.
Maka dari itu, tetap dibutuhkan penelitian lebih lanjut di masa depan untuk benar-benar menjawab hal ini.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal Clinical Infectious Diseases pada 3 Oktober yang lalu.
Advertisement