Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprakirakan DKI Jakarta memasuki puncak musim hujan pada Desember 2020, namun mulai akhir September lalu, banjir sudah menghampiri.
Banjir bukan masalah baru bagi Pemprov DKI Jakarta. Oleh karena itu, pada 2020 ini, Pemerintah Kota Jakarta Barat mempersiapkan diri untuk mengantisipasi bencana tersebut. Terutama di kawasan Cengkareng dan Kalideres yang menjadi titik genangan paling lama surut dibanding wilayah Jakarta lainnya.
Advertisement
Curah hujan dengan intensitas sangat tinggi kerap dituding menjadi penyebab banjir, ditambah terjadinya luapan air di saluran utama seperti Kali Mookevart dan Kali Angke yang melimpas ke pemukiman warga.
Selain itu, saluran-saluran pendukung di kawasan tersebut kecil, bahkan beberapa sudah mengalami pendangkalan. Ini membuat pompa air stasioner maupun portabel yang memindahkan air dari aliran pemukiman ke saluran makro yakni kali utama tak dapat bekerja karena ikut terendam.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Jakarta Barat membuat tiga embung untuk penampungan air skala besar demi pengendalian banjir.
Pengerjaan embung tersebut dilakukan pada awal Oktober 2020, lantaran beberapa bulan sebelumnya semua unit satuan perangkat kerja daerah (SKPD) Provinsi DKI Jakarta lebih fokus pada penanganan pandemi Covid-19.
Tiga lokasi rawan genangan yang akan dibuatkan embung yakni belakang Rusun Lokbin Tegal Alur, tepatnya di permukiman RT 15/03 dan permukiman warga RW 01, Jalan Dharma Wanita 1, Rawa Buaya serta Kampung Bulak RT 10/1, Semanan, tepatnya belakang Rusun Pesakih.
Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto mengatakan embung di belakang Rusun Lokbin Tegal Alur ini dibangun untuk menampung air hujan serta luapan Kali Semongol.
Pada wilayah ini terdapat sekitar 5.000 meter lahan di belakang rusun yang nantinya bisa dibuat bak penampungan air atau embung. Fungsi utamanya untuk menampung limpasan air dari Kali Semongol,.
Sama halnya dengan antisipasi rawan genangan di Kampung Bulak RW 10/01, Semanan, Kalideres. Rencananya, Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Barat membangun embung serta pompa air yang dapat mengalirkan air ke Kali Mookevart.
Sementara untuk antisipasi rawan genangan di Jalan Dharma Wanita 1 RW 01, Kelurahan Rawa Buaya, Cengkareng, segera dilakukan normalisasi Kali Pecotong.
Rencana normalisasi Kali Pecotong itu meliputi pengerukan sedimentasi berupa lumpur dengan tujuan melancarkan aliran air. Pemkot setempat tengah berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Provinsi DKI Jakarta terkait dengan rencana pengerukan tersebut.
Pembuatan embung serta normalisasi sejumlah saluran air diyakini jadi solusi mengatasi banjir pada tiga lokasi rawan banjir di wilayah tersebut.
Mulai 4 Oktober, Pemkot Jakarta Barat mulai pengerukan tanah di rumah susun Lokbin Tegal Alur, dan Kampung Bulak Rusun Pesakih.
Pembangunan tiga embung di kawasan rawan banjir oleh Pemerintah Kota Jakarta Barat dilakukan secara swadaya.
Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Barat Purwanti Suryandari membenarkan perihal tersebut yang menyebutkan program tersebut tidak menggunakan jasa kontraktor sama sekali, seluruhnya merupakan peran serta warga masyarakat yang tidak ingin pemukimannya kembali tergenang banjir.
Keterlibatan Dinas Pemprov DKI Jakarta dalam program pembangunan tiga embung tersebut dalam hal penyediaan alat keruk ditambah alat keruk milik Sudin SDA Jakbar.
Menurut Purwanti kebijakan antisipasi banjir ini lebih hemat karena anggaran yang dibutuhkan hanya untuk gaji operator alat berat sama bahan bakar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dibangun di Tanah Pemerintah
Purwanti mengatakan pihaknya menemukan dua tanah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sering tergenang dan lama surut saat curah hujan tinggi terutama memasuki awal Januari 2020.
Di Tegal Alur, pihak Sudin SDA Jakarta Barat menemukan tanah seluas 3.000 meter di belakang Rusun Tegal Alur yang menjadi lokasi rawan genangan. Embung yang akan dibangun rencananya seluas 2.000-2.500 meter.
Selain itu di Semanan, Kalideres, Pemprov DKI Jakarta ternyata memiliki tanah seluas 4.000 meter di belakang Rusun Pesakih. Rencananya akan dibangun embung seluas 3.000 meter dan menyisakan lahan terbuka hijau.
Hasil pemeriksaan ternyata itu tanah milik Dinas Pertamanan, sehingga setelah berkonsultasi dengan Wali Kota Jakarta Barat kemudian disetujui untuk membangun embung di situ.
Oleh karena itu, pengerukan tanah di lokasi dapat dimulai sejak Minggu 4 Oktober malam. Pembangunan embung akan menyisakan sebagian lahan untuk pembangunan lahan terbuka hijau.
Purwanti mengharapkan pengerjaan embung dapat diselesaikan secepatnya, paling lambat Desember 2020. Pengerukan untuk pembangunan embung di Kampung Bulak Semanan RT10/01 masih berlangsung.
Dua alat berat ekskavator bekerja rutin menguruk tanah seluas 4.000 meter itu secara bergantian dari hari Senin hingga Sabtu, dikerjakan dan diawasi oleh pasukan biru Sudin SDA Jakarta Barat.
Lokasi pembuatan embung tersebut terdapat kolam empang warga. Namun warga tidak keberatan dengan pekerjaan pembuatan embung, dan sukarela memindahkan empang ke lokasi lain.
Advertisement