Bawaslu: Ada 7 Kabupaten Paling Rawan Saat Pilkada di Papua

Bawaslu Provinsi Papua menyebut dari 11 kabupaten yang akan menyelenggarakan Pilkada terdapat tujuh kabupaten yang dianggap paling rawan potensi keamanannya.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 12 Okt 2020, 07:36 WIB
Logo Bawaslu (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Papua menyebut dari 11 kabupaten yang akan menyelenggarakan Pilkada Serentak 9 Desember 2020, terdapat tujuh kabupaten yang dianggap paling rawan potensi keamanannya.

"Bawaslu Papua memandang 11 kabupaten itu semuanya rawan, tapi dari intensitas kerawanan yang paling tinggi yaitu Yahukimo, Keerom, Nabire, Pegunungan Bintang, Boven Digoel, Merauke dan Asmat," kata Komisioner Bawaslu Papua Ronald Manoach di Timika, Minggu, 11 Oktober 2020.

Ronald mengatakan 7 daerah terebut paling rawan karena merujuk pada sejumlah persoalan yang sedang mengemuka di wilayah itu. Serta rekam jejak proses politik di masa-masa sebelumnya baik saat perhelatan Pemilu 2019 maupun saat pilkada sebelumnya.

Sebagai contoh, kata Ronald, situasi kamtibmas di Kabupaten Asmat saat ini cukup kondusif alias landai, tanpa ada riak-riak atau gejolak sosial. Namun saat Pemilu 2019 di wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Mimika itu sempat terjadi bentrok antarwarga, dimana sempat ada korban terkena sabetan senjata tajam.

Bawaslu Papua telah berkoordinasi dengan Kapolda Papua Irjen Polisi Paulus Waterpauw dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab guna mengantisipasi berbagai potensi kerawanan saat penyelenggaraan pilkada terutama saat tahapan pungut hitung suara mulai 9 Desember mendatang.

Salah satu daerah yang juga menjadi perhatian Bawaslu yaitu Kabupaten Nabire, dimana salah satu kabupaten pemekarannya yaitu Intan Jaya akhir-akhir ini bergejolak akibat adanya serangkaian aksi teror penembakan.

"Sebagian besar aktivitas pemerintahan di Kabupaten Intan Jaya itu berlangsung di Nabire, demikian pun sebagian besar warga Intan Jaya itu berdomisili di Nabire. Tentu ini menjadi perhatian khusus," kata Ronald seperti dikutip dari Antara.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Mobilisasi Massa Saat Pemungutan Suara

Hal fenomenal lainnya di wilayah Papua yaitu berkaitan dengan mobilisasi massa saat pemungutan suara.

Jajaran Bawaslu, katanya, sangat mewaspadai adanya praktik mobilisasi massa, mengingat sejumlah kabupaten yang menyelenggarakan pilkada serentak berbatasan wilayahnya dengan kabupaten yang tidak menyelenggarakan pilkada serentak.

Sebagai contoh, Kabupaten Nabire yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deiyai, Dogiyai, Paniai. Sementara Kabupaten Keerom berbatasan langsung dengan Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.

Untuk mencegah hal itu, Bawaslu berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk memblokade massa di pintu perbatasan kabupaten-kabupaten tersebut sejak H-3 pemungutan suara hingga saat pemungutan suara.

"Jangan sampai saat pemungutan suara ada mobilisasi massa besar-besaran dari kabupaten lain ke kabupaten tetangga yang menyelenggarakan pilkada sehingga orang-orang dari tempat lain menjadi joki untuk kepentingan calon tertentu. Itu yang kami antisipasi mulai dari sekarang," jelas Ronald.

Sebelas kabupaten di Provinsi Papua yang menyelenggarakan hajatan Pilkada Serentak 2020 yaitu Merauke, Asmat, Yahukimo, Boven Digoel, Nabire, Keerom, Supiori, Waropen, Mamberamo Raya, Pegunungan Bintang dan Yalimo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya