Kendalikan Kasus COVID-19 Pemeriksaan Swab Harus Masif

Dekan FKUI mengatakan pemeriksaan swab untuk COVID-19 secara masif juga dinilai penting agar kasus Corona di suatu negara terkendali

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Okt 2020, 18:00 WIB
Petugas medis mengambil sampel lendir saat tes usap (swab test) pegawai kecamatan Sawah Besar, Jakarta, Selasa (18/8/2020). Tes swab yang dilakukan terhadap seluruh pegawai kecamatan Sawah Besar itu sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Virus Corona Covid-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga dokter spesialis penyakit dalam konsultan Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa selain penerapan 3M (menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan), pemeriksaan swab untuk COVID-19 haruslah dilakukan secara masif.

Ari mengatakan, pemeriksaan swab untuk COVID-19 yang ideal harusnya sesuai dengan ketentuan dari World Health Organization (WHO) yaitu satu pemeriksaan dalam seribu penduduk.

"Prinsipnya adalah untuk tracing dan test, untuk mengisolasi orang tersebut," kata Ari saat dihubungi oleh Health Liputan6.com pada Senin (12/10/2020).

"Kalau tidak diikuti dengan itu ya susah kita. Karena virus itu masih ada di tengah-tengah kita."

Ia mengatakan, memang di beberapa negara Eropa saat ini tengah menghadapi gelombang kedua COVID-19. Namun, mereka sudah berhasil mengendalikan angka kematiannya sehingga sudah tak lagi tinggi.

"Karena memang mereka sudah tahu cara mengantisipasi agar tidak terjadi kematian. Kita pun sebenarnya juga termasuk berhasil, di Indonesia kan angka kesembuhan kita sudah lebih dari 75 persen."

Load More

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini


Karantina Wilayah

Warga menjalani "swab test" di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta, Rabu (7/10/2020). Pemerintah menetapkan harga batas tes usap alias tes swab melalui PCR untuk mendeteksi Covid-19 agar mendorong masyarakat melakukan tes secara mandiri. (merdeka.com/Imam Buhori)

Salah satu cara yang banyak digunakan oleh negara-negara di dunia untuk mengendalikan COVID-19 adalah karantina wilayah atau lockdown.

Terkait hal ini, Ari mengatakan lockdown mampu mengurangi pergerakan masyarakat yang juga menurunkan jumlah kasus. Namun, metode ini bukan cara yang tepat untuk dilakukan jangka panjang karena juga menyangkut hal lain seperti ekonomi.

"Tapi tetap pada waktu-waktu tertentu, lockdown itu tetap dibutuhkan. Karena untuk memberikan kesempatan kepada fasilitas kesehatan mempersiapkan diri dan lain-lain."

Ari mengatakan, karantina wilayah bisa saja dilakukan dalam keadaan tertentu misalnya apabila terjadi kasus yang tidak terkendali. Hal ini bisa dilihat dengan melimpahnya pasien di IGD dan ICU yang sulit diakses.

"Jadi memang ada peningkatan yang masif di tengah masyarakat. Kalau sudah begitu ya sudah orang tidak boleh bergerak. Dan tracing, sebenarnya kuncinya adalah pemeriksaan yang masif."


Infografis Seluk-beluk Tes Medis Corona

Infografis Seluk-beluk Tes Medis Corona. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya