Analis: Bunga Acuan BI Lebih Berpengaruh ke Gerak IHSG Dibanding Aksi Demo

Bank Indonesia (BI) akan menggelar rapat dewan gubernur (RDG) untuk menentukan arah suku bunga acuan.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 13 Okt 2020, 12:50 WIB
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan menggelar rapat dewan gubernur (RDG) untuk menentukan arah suku bunga acuan. Keputusan tersebut rupanya masih ditunggu para pelaku di pasar modal, sehingga turut mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, hasil RDG BI tersebut rupanya lebih ditunggu oleh para pelaku saham ketimbang aksi demo yang juga bakal digelar PA 212 pada Selasa, 13 Oktober 2020 siang ini.

"Ada juga wait and see terhadap hasil RDG BI," kata Nafan kepada Liputan6.com, Selasa (13/10/2020)

Menurut dia, pelaku di pasar modal kini tengah menanti komitmen dalam hal stabilitas rupiah, pelaksanaan program pelonggaran kuantitatif (QE), hingga Hawkish Statement berkaitan dengan sustainability pada kinerja pertumbuhan ekonomi bangsa.

Merujuk data RTI, IHSG pada pukul 11.00 WIB terpantau turun 0,32 persen di level 5.077,965. Nafan pun memperkirakan, indeks saham gabungan akan ditutup pada level 5070-5080 pada sesi perdagangan I hari ini.

Sebagai informasi, pada sesi pembukaan Selasa (13/10/2020), IHSG sempat menghijau namun tak lama kemudian mengalami tekanan.

Pada Pra-pembukaan perdagangan hari ini, IHSG naik tipis 0,32 poin atau 0,01 persen ke level 5.093,43. Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik 3,33 poin atau 0,07 persen ke level 5.097,45. Namun tak lama kemudian, IHSG melemah 14,70 poin atau 0,41 persen ke level 5.077,60.

Di awal perdagangan ini, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 5.106,45. Sedangkan terendah 5.075,54. Sebanyak 118 saham menguat dan 101 saham melemah. Sementara 147 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 38.412 kali dengan volume perdagangan 692 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 481 miliar.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


BI Diperkirakan Kembali Tahan Bunga Acuan di 4 Persen

Gubernur BI Perry Warjiyo (kanan) didampingi DGS Destry Damayanti memberi keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Kantor BI, Jakarta, Kamis (19/9/2019). Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede memperkirakan, Bank Indonesia (BI) akan kembali mempertahankan suku bunga acuan alias BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7-DRRR) di level 4 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.

Josua menjelaskan, hal tersebut mempertimbangkan tingginya ketidakpastian eksternal yang masih mendorong keluarnya dana asing di pasar keuangan negara berkembang terkait tambahan stimulus fiskal AS, pemilihan presiden AS, pemulihan ekonomi domestik serta penanganan Covid-19 di dalam negeri.

Diperkuat Adapun volatilitas nilai tukar rupiah, Josua menyebutkan ada kecenderungan meningkat, khususnya pada akhir September hingga awal Oktober.

“Sementara itu, investor asing masih membukukan net sell di pasar saham meskipun kepemilikan investor asing pada SBN cenderung meningkat dalam sebulan terakhir ini,” kata dia kepada Liputan6.com, Selasa (13/10/2020).

“Di samping itu, mempertimbangkan aktivitas ekonomi khususnya sisi permintaan yang masih lemah terindikasi dari rendahnya inflasi tahunan yang dipengaruhi oleh mobilitas masyarakat yang terbatas. Apalagi setelah pemda DKI memberlakukan PSBB sejak pertengahan September hingga awal Oktober,” sambung Josua.

Lebih lanjut, Josua melihat penurunan suku bunga kebijakan BI saat ini belum akan terlalu mendorong peningkatan aktivitas ekonomi yang lebih signifikan. Hal ini mengingat perilaku konsumsi masyarakat yang masih dipengaruhi oleh perkembangan kasus Covid-19 di dalam negeri.

“Penurunan suku bunga acuan BI sebesar 100 bps sejak awal tahun ini belum berimplikasi pada peningkatan permintaan kredit perbankan. Oleh sebab itu, BI masih akan mempertahankan suku bunga kebijakannya dan mengoptimalkan kebijakan quantitative easing serta bauran kebijakan lainnya untuk mendorong stabilitas nilai tukar rupiah,” pungkas dia. 


BI Tahan Suku Bunga Acuan pada Level 4 Persen

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 16-17 Agustus 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan di 4 persen.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini mempertimbangkan hasil assessment ekonomi global, ekonomi domestik, kondisi eksternal, nilai tukar, inflasi, stabilitas sistem keuangan maupun sistem pembayaran.

“Rapat dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 16 dan 17 September 2020 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan Bi 7 day reverse repo rate sebesar 4 persen. Demikian juga deposit facility tetap sebesar 3,25 persen dan suku bunga lending facility tetap sebesar 4,75 persen,” kata Perry dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - September 2020, Kamis (17/9/2020).

Keputusan ini, lanjut Perry, mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah.

“Untuk mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi covid 19 Bank Indonesia menekankan pada jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas. Termasuk dukungan BI kepada pemerintah dalam mempercepat realisasi APBN tahun 2020,” tutur Perry. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya