Kisah Satu-satunya Turis Jepang yang Boleh Masuk Machu Picchu di Masa Pandemi

Jesse Takayama akhirnya bisa masuk ke Machu Picchu seorang diri setelah terdampar selama tujuh bulan di Peru.

oleh Komarudin diperbarui 14 Okt 2020, 01:03 WIB
Jesse Takayam akhirnya bisa masuk ke Machu Picchu seorang diri setelah terdampar selama tujuh bulan di Peru (Dok.Twitter/@ApuntesDelMundo/https://twitter.com/ApuntesDelMundo/status/1315768749933424641/photo/1))

Liputan6.com, Jakarta - Penantian panjang Jesse Takayama terwujud. Wisatawan asal Jepang itu akhirnya berhasil masuk ke destinasi wisata Machu Picchu yang terletak di Peru.

Peru membuka salah satu situs warisan dunia UNICEF tersebut untuk satu-satunya turis Jepang di tahun ini. Lelaki itu berhasil masuk setelah mengajukan permintaan khusus saat ia terdampar selama wabah virus corona Covid-19 di sebuah kota dekat pegunungan di lokasi yang dibangun lebih dari 500 tahun lalu.

Turis Jepang itu sudah memiliki tiket untuk mengunjungi situs warisan dunia Machu Picchu di Peru sejak Maret 2020 lalu. Ia akhirnya  mengunjungi reruntuhan Benteng Inca pada Sabtu, 10 Oktober 2020.

"Dia datang ke Peru dengan mimpi untuk bisa masuk," kata Alejandro Neyra, Menteri Kebudayaan Peru, dalam konferensi pers virtual. "Warga Jepang itu telah masuk bersama dengan kepala taman kami sehingga dia bisa menyelesaikannya sebelum kembali ke negaranya."

Setelah tujuh bulan, Takayama sangat senang karena mendapat kesempatan untuk berkunjung. "Ini sangat luar biasa! Terima kasih!" kata Takayama dalam video yang direkam di puncak gunung Machu Picchu.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Buka Kembali November 2020

Machu Picchu (Dok.Unsplash/Karson)

Peru telah melaporkan 33.305 kematian terkait virus corona sejauh ini. Negara Amerika Selatan itu memiliki tingkat kematian Covid-19 per kapita tertinggi di antara negara mana pun di seluruh dunia, menurut John Hopkins University dan dokter di sana percaya bahwa pendekatan pengujian yang salah satu alasannya.

Selama bertahun-tahun, Peru telah menginvestasikan sebagian kecil dari PDB-nya untuk kesehatan masyarakat dibandingkan dengan negara lain di kawasan ini. Saat COVID-19 mendekat, kekurangan yang mencolok di Peru menjadi jelas.

Tingkat kemiskinan yang tinggi dan orang-orang yang bergantung pada upah harian dari pekerjaan informal memperumit upaya pemerintah untuk memberlakukan karantina yang ketat, yang semakin menantang kemampuan Peru untuk merespons virus secara efektif.

Virus ini telah membunuh industri perjalanan diberbagai negara. Machu Picchu akan dibuka kembali untuk wisatawan nasional dan mancanegara pada November 2020 dengan kapasitas 30 persen dari kapasitas normalnya 675 orang per hari.  Sebelumnya, Machu Picchu sempat dibuka pada Juli 2020, tapi diprotes karena khawatir dapat meningkatkan penyebaran corona Covid-19.

Infografis Pandemi Belum Berakhir, Gelombang II Covid-19 Mengancam. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya