Chatib Basri Sebut Butuh Waktu Setahun untuk Suntikan 25 Juta Vaksin Covid-19

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai distribusi vaksin ke masyarakat akan membutuhkan waktu yang lebih lama dari perkiraan pemerintah.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Okt 2020, 14:50 WIB
Ilustrasi Vaksin.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior sekaligus mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai distribusi vaksin ke masyarakat akan membutuhkan waktu yang lebih lama dari perkiraan pemerintah. Salah satunya akibat persoalan sumber daya manusia.

"Katakanlah vaksin tersedia pada Januari (2021), atau Desember tahun ini, terus kita mau kasih berapa orang? saya membaca kira-kira 170 juta sampai 180 juta, dalam jangka pendek 25 juta dan akan fokus ke tenaga kesehatan, lansia, dan yang rentan," ujar dia dalam acara Bincang APBN 2021 bertajuk Percepat Pemulihan, Perkuat Reformasi Ekonomi, Selasa (13/10).

Chatib merinci, apabila menggunakan angka 25 juta orang yang akan divaksin di awal tahun depan, maka per harinya pemerintah harus memvaksinasi 68.000 orang. Sehingga setidaknya dibutuhkan waktu sampai setahun penuh untuk mencapai target yang ditetapkan pemerintah.

"Kalau saya pakai angka 25 juta saja, dalam 365 hari atau setahun penuh dibutuhkan 68.000 vaksin per hari. Kita ada resources atau tidak untuk suntik orang 68.000 setiap hari?," terangnya.

Maka dari itu, dia menyebut setidaknya untuk melakukan distribusi vaksin dibutuhkan waktu satu tahun penuh. Selain itu, selama proses distribusi tersebut pemerintah bersama stakeholders terkait juga harus aktif menerapkan protokol kesehatan. "Sehingga penyebaran virus COVID-19 itu bisa ditekan," imbuh dia.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan 30 juta dosis vaksin COVID-19 akan diterima Indonesia pada kuartal IV tahun ini sehingga kuartal I tahun depan sudah mulai dapat dilakukan vaksinasi.

"30 juta sudah komitmen untuk bisa diberikan di kuartal IV (2020) sehingga di kuartal I (2021) kita bisa melakukan vaksinasi subjek kepada keberhasilan dalam pengetesan clinical trial," katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa (15/9). Seperti dilansir Antara.

Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), menyatakan pemerintah sendiri menargetkan agar Indonesia mendapat akses antara 250 juta hingga 300 juta dosis vaksin COVID-19 hingga tahun depan.

"Pemerintah sudah melakukan uji klinis vaksin bukan hanya di Indonesia tapi juga di China, Brazil, Bangladesh, dan Turki. Ini diharapkan selesai pada Desember (2020)," ujarnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Indonesia Butuh 320 Juta Dosis Vaksin Covid-19

Banner Infografis 180 Juta Warga Indonesia Target Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Airlangga Hartarto menjelaskan, kebutuhan vaksin Covid-19 di Indonesia mencapai 320 juta double dose. Vaksin double dose merupakan vaksinasi yang dilakukan dua kali untuk satu orang.

"Berdasarkan vaksin yang ada perlu 2 dose yaitu 320 juta," kata Airlangga di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (12/10).

Airlangga merincikan kebutuhan vaksinasi untuk garda terdepan sebanyak 3,5 juta dosis. Terdiri dari tenaga medis, TNI dan Polri.

Lalu, 5 juta dosis untuk tokoh masyarakat, tokoh agama dan perangkat daerah. Sebanyak 4,3 juta dosis untuk tenaga pendidik yang bekerja di TK, Paud, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi negeri dan swasta.

Kemudian 2,3 juta dosis untuk aparat pemerintah pusat dan daerah. Sebanyak 96 juta dosis untuk penerima Peserta Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan.

Sedangkan untuk masyarakat usia 19-59 tahun sebanyak 160 juta dosis vaksin Covid-19.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya