BI: Permintaan Domestik Belum Kuat, Inflasi 2020 Bakal di Bawah Target

Inflasi kelompok administered prices tercatat melambat terutama didorong berlanjutnya penurunan tarif angkutan udara.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 13 Okt 2020, 15:50 WIB
Pedagang sayuran menunggu pembeli di sebuah pasar di Jakarta, Rabu (1/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen, salah satunya karena adanya kenaikan harga sejumlah makanan, minuman, dan tembakau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan kondisi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2020 yang mencatatkan deflasi 0,05 persen (mtm). Sehingga inflasi dari Januari sampai September 2020 tercatat 0,89 persen (ytd).

“Secara tahunan, inflasi IHK tercatat rendah yakni sebesar 1,42 persen (yoy), meskipun lebih tinggi dari inflasi Agustus 2020 sebesar 1,32 persen (yoy),” kata Perry dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - September 2020, Selasa (13/10/2020).

Inflasi yang rendah itu, kata Perry, dipengaruhi turunnya inflasi inti sejalan permintaan domestik yang belum kuat serta konsistensi Bank Indonesia mengarahkan ekspektasi inflasi dalam kisaran target dan menjaga stabilitas nilai tukar.

“Inflasi kelompok volatile food tetap rendah dipengaruhi berlanjutnya penurunan harga bahan pangan seiring permintaan domestik yang belum kuat, pasokan yang memadai sejalan panen di beberapa sentra produksi, distribusi yang terjaga, dan harga komoditas pangan global yang rendah.” kata dia.

Selain itu, inflasi kelompok administered prices tercatat melambat terutama didorong berlanjutnya penurunan tarif angkutan udara.

“Bank Indonesia memperkirakan inflasi 2020 lebih rendah dari batas bawah target inflasi dan kembali ke dalam sasarannya 3,0 persen ± 1 persen pada 2021. Bank Indonesia konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna mengendalikan inflasi tetap dalam kisaran targetnya,” kata Perry.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


BPS Catat Deflasi 0,05 Persen di September 2020

Pedagang melayani pembeli di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia kembali mengalami deflasi pada September 2020, yakni sebesar 0,05 persen. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai harga komoditas yang secara umum menunjukkan adanya penurunan.

“Dengan adanya deflasi 0,05 persen pada bulan September tahun 2020 ini maka tingkat inflasi pada tahun kalender adalah sebesar 0,89 persen. Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun adalah 1,42 persen,” “ ujar Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, Kamis (1/10/2020).

 

Dari 90 kota IHK yang dipantau BPS menunjukkan bahwa 56 kota mengalami deflasi sementara 34 kota mengalami inflasi.

Deflasi tertinggi terjadi di Timika, dimana terjadi deflasi 0,83 persen. Sementara deflasi terendahnya terjadi di Bukittinggi, Jember, Singkawang masing masing 0,01 persen.

“Sebaliknya, inflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli, infasinya adalah sebesar 1,00 persen. Smeentar ainflasi terendahnya terjaid di dua kota, yaitu Pontianak dan Pekanbaru masing-masing 0,01 persen,” kata Kecuk.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya