Liputan6.com, Jakarta - Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Agustus 2020 tercatat tetap tinggi, yakni 23,39 persen. Sementara rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yakni 3,22 persen (bruto) dan 1,14 persen (neto.
Namun demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan fungsi intermediasi dari sektor keuangan masih lemah. Hal itu akibat pertumbuhan kredit yang terbatas sejalan dengan permintaan domestik yang belum kuat dan kehati-hatian perbankan akibat berlanjutnya pandemi COVID-19.
Advertisement
“Pertumbuhan kredit pada September 2020 kembali menurun dari 1,04 persen (yoy) pada Agustus 2020 menjadi 0,12 persen (yoy). Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) naik dari 11,64 persen (yoy) pada Agustus 2020 menjadi 12,88 persen (yoy) didorong ekspansi keuangan Pemerintah,” kata Perry dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI, Selasa (13/10/2020).
Ke depan, lanjut dia, intermediasi perbankan diperkirakan akan membaik sejalan dengan prospek perbaikan kinerja korporasi dan pemulihan ekonomi domestik, serta konsistensi sinergi kebijakan yang ditempuh.
Adapun kinerja korporasi triwulan III 2020 terindikasi secara perlahan membaik. Hal ini tercermin dari peningkatan penjualan, kemampuan bayar, serta penerimaan perpajakan terutama pada sektor Industri dan Perdagangan. Selain itu, restrukturisasi kredit perbankan masih berlanjut, termasuk untuk UMKM yang mencapai 36 persen dari total kredit, ditopang likuiditas yang meningkat.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan makroprudensialnya dengan kebijakan fiskal oleh Pemerintah, pengawasan mikroprudensial oleh OJK, dan penjaminan simpanan oleh LPS untuk memperkuat stabilitas sistem keuangan serta mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional,” kata Perry.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI: Permintaan Domestik Belum Kuat, Inflasi 2020 Bakal di Bawah Target
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan kondisi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2020 yang mencatatkan deflasi 0,05 persen (mtm). Sehingga inflasi dari Januari sampai September 2020 tercatat 0,89 persen (ytd).
“Secara tahunan, inflasi IHK tercatat rendah yakni sebesar 1,42 persen (yoy), meskipun lebih tinggi dari inflasi Agustus 2020 sebesar 1,32 persen (yoy),” kata Perry dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - September 2020, Selasa (13/10/2020).
Inflasi yang rendah itu, kata Perry, dipengaruhi turunnya inflasi inti sejalan permintaan domestik yang belum kuat serta konsistensi Bank Indonesia mengarahkan ekspektasi inflasi dalam kisaran target dan menjaga stabilitas nilai tukar.
“Inflasi kelompok volatile food tetap rendah dipengaruhi berlanjutnya penurunan harga bahan pangan seiring permintaan domestik yang belum kuat, pasokan yang memadai sejalan panen di beberapa sentra produksi, distribusi yang terjaga, dan harga komoditas pangan global yang rendah.” kata dia.
Selain itu, inflasi kelompok administered prices tercatat melambat terutama didorong berlanjutnya penurunan tarif angkutan udara.
“Bank Indonesia memperkirakan inflasi 2020 lebih rendah dari batas bawah target inflasi dan kembali ke dalam sasarannya 3,0 persen ± 1 persen pada 2021. Bank Indonesia konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna mengendalikan inflasi tetap dalam kisaran targetnya,” kata Perry.
Advertisement