Benarkah Ada Penumpang Gelap di Demo Tolak Omnibus Law?

Stanislaus meyebutkan, kelompok pertama adalah mahasiswa dan buruh yang murni menyuarakan penolakan UU Cipta Kerja.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Okt 2020, 22:03 WIB
Massa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) membawa poster saat berunjuk rasa di Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Dalam aksinya mereka menolak rencana pengesahan RUU Cipta Kerja atau omnibus law. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pengamat intelijen dan keamanan Universitas Indonesia (UI) Stanislaus Riyanta mengatakan, tidak ada aktor tunggal yang menggerakkan massa untuk turun ke jalan menyuarakan penolakan terhadap UU Cipta Kerja.

"Kalau saya melihat dari apa yang terjadi saat ini, tidak ada aktor tunggal yang menjadi penyebab unjuk rasa, terutama yang melalukan kekerasan dan serangan kepada aparat, itu bukan aktor tunggal,” kata Stanislaus, Rabu (14/10/2020).

Stanislaus meyebutkan, kelompok pertama adalah mahasiswa dan buruh yang murni menyuarakan penolakan UU Cipta Kerja. Sedangkan, kelompok kedua adalah para pelajar dan masyarakat yang ikut-ikutan, karena terpropaganda oleh informasi di media sosial.

Kelompok ketiga yang menjadi penumpang gelap antara lain adalah kelompok Anarko yang beberapa anggotanya sudah diamankan pihak kepolisian.

"Kelompok inilah penumpang gelapnya. Ciri-cirinya mudah kalau kita mau mengetahuinya. Kita lihat dari narasi yang dia suarakan. Ketika buruh dan mahasiswa menyuarakan penolakan UU Cipta Kerja, tapi dia menyuarakan lengserkan presiden, anti-investasi. Nah, dia itu penumpang gelapnya,” kata Stanislaus.

Saat ini, kata dia, yang paling penting bagi polisi adalah ketika menemukan bukti adanya pelanggaran hukum terkait kelompok ketiga ini.

"Yang penting ada bukti. Jadi polisi bekerja berdasarkan bukti kan bukan asumsi,” imbuh Stanislaus.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Ditunggangi Asing?

Menteri Pertahanan (Menhan) yang juga Ketua DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto angkat bicara terkait RUU Omnibus Law Cipta Kerja yang disahkan DPR pada 5 Oktober lalu. 

Prabowo menyesalnya banyaknya pendemo Omnibus Law yang belum membaca isi RUU Omnibus Law dan banyak hoaks beredar.

"Banyak hoaks di mana-mana. Hoaks ini ingin menciptakan kekacauan. Saya berkeyakinan ini dari luar negeri. Ada kekuatan asing, negara-negara tertentu yang tidak pernah suka Indonesia aman dan maju," ujar Prabowo dalam wawancara Courtessy DPP Gerindra, Senin (12/10/2020).

Menurutnya, tokoh-tokoh  banyak tidak sadar bahwa ini permainan orang lain.

"Kita selalu, dari ratusan tahun lalu, diadu domba," ujar Prabowo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya