Liputan6.com, Jakarta - Facebook akan melarang iklan yang menghalangi orang untuk divaksinasi. Gerakan ini merupakan kampanye kesehatan masyarakat baru dari perusahaan yang bertujuan untuk menyebarkan informasi vaksin flu.
Perubahan tersebut merupakan kebalikan dari kebijakan Facebook sebelumnya, yang melarang iklan dengan informasi salah tentang vaksin, tetapi mengizinkan iklan yang menyatakan penolakan vaksin jika tidak mengandung klaim palsu.
Baca Juga
Advertisement
Namun, perusahaan mengatakan dalam sebuah blog, bahwa mereka masih akan mengizinkan iklan yang mendukung atau menentang undang-undang atau kebijakan pemerintah tentang vaksin, termasuk vaksin Covid-19.
Konten dan diskusi anti-vaksin akan tetap diizinkan untuk ditampilkan secara organik di platform, termasuk di grup Facebook. Demikian sebagaimana dikutip dari Guardian, Rabu (14/10/2020).
Analisis Guardian menemukan keterlibatan dengan unggahan anti-vaksin pada sampel halaman Facebook, melonjak pada musim panas ini.
Kebijakan Lebih Ketat
Seorang juru bicara Facebook mengatakan kebijakan periklanan "secara keseluruhan lebih ketat" daripada standar komunitas yang berlaku untuk pengguna individu.
Perusahaan juga memiliki kebijakan lain tentang kesalahan informasi kesehatan di luar periklanan, termasuk menandai pernyataan palsu untuk pemeriksaan fakta.
"Jika kami menghapus semua rumor dan hoaks, konten tersebut akan tetap tersedia di tempat lain di internet, ekosistem media sosial," kata juru bicara tersebut.
Dengan membiarkan konten ini terbuka, ia menambahkan, perusahaan dapat memberi orang-orang informasi dan konteks penting alih-alih menciptakan kekosongan informasi.
Facebook mengatakan akan mulai memberlakukan peraturan baru ini dalam beberapa hari ke depan.
Perubahan itu terjadi ketika raksasa media sosial tersebut menghadapi tekanan dari anggota parlemen dan kelompok kesehatan masyarakat untuk menindak informasi yang salah dan konten anti-vaksin.
Advertisement
Facebook Bakal Blokir Konten Penyangkalan Holocaust
Sebelumnya, Facebook juga memperbarui kebijakan ujaran kebencian untuk melarang konten yang menyangkal, atau mendistorsi Holocaust.
Keputusan tersebut diambil dua tahun setelah CEO Facebook, Mark Zuckerberg, melakukan sebuah wawancaran dengan Recode. Ia mengatakan, meskipun menemukan penyangkalan Holocaust sangat ofensif, ia tidak yakin Facebook harus menghapus konten semacam itu.
Baca Juga
"Saya berjuang dengan ketegangan antara membela kebebasan berekspresi dan bahaya yang disebabkan meminimalkan atau menyangkal kengerian Holocaust," ungkap Zuckerberg melalui unggahan Facebook pada Senin, (12/10/2020).
"Pemikiran saya sendiri telah berkembang seiring data yang saya lihat menunjukkan peningkatan kekerasan anti-semit," sambung Zuckerberg, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (13/10/2020).
Pihak Facebook mengatakan, mulai tahun ini juga akan mengarahkan orang-orang untuk mencari istilah yang terkait dengan Holocaust, atau penolakannya ke informasi yang dapat dipercaya dari platform tersebut.
(Isk/Why)