Liputan6.com, Jakarta Diskusi internasional Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) pada Senin, 12 Oktober 2020 membahas keberkaitan penyebaran COVID-19 dan populasi terdampak bencana. Penyebaran COVID-19 yang sangat mudah dapat menjadikan kerentanan lebih tinggi pada suatu populasi terdampak bencana.
"Oleh karena itu, protokol untuk manajemen krisis COVID-19 dan bencana alam menjadi upaya yang harus dipastikan," papar Manajer Program WHO South East Asia Regional Office Nilesh Buddha saat sesi diskusi internasional secara virtual, ditulis Rabu (14/10/2020).
"Upaya seperti menjaga jarak, pemeriksaan suhu tubuh, pembuatan database pelacakan penyintas atau pengujian setelah evakuasi perlu dilakukan dengan maksimal. Kesiapsiagaan sangat penting untuk dimulai dari individu, keluarga, dan komunitas."
Advertisement
Mengenai pendekatan terhadap potensi multibahaya di tengah pandemi COVID-19 di atas, tidak hanya menyasar Indonesia saja, melainkan di negara-negara lain. Ini karena penyebaran virus SARS-CoV-2 masih terus menginfeksi sejumlah populasi di dunia.
"Di saat yang sama, potensi bahaya geologi dan hidrometeorologi dapat saja terjadi, sehingga masyarakat menjadi lebih rentan terhadap ancaman bahaya tersebut," lanjut Nilesh sebagaimana keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Peringatan Dini dan Evakuasi
Belajar dari pengalaman Filipina, peneliti Universitas De La Salle Marlon de Luna Era mengatakan, kurangnya tempat evakuasi akan berdampak pada kesiapsiagaandan dan respons di masa depan.
Di sisi lain, peringatan dini sangat dibutuhkan dalam menyikapi kondisi yang menuju kerentanan tinggi, khususnya adanya COVID-19. Peringatan dini dibutuhkan untuk masyarakat dalam mempersiapkan diri dalam melakukan evakuasi.
Perwakilan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengurangan Risiko Bencana wilayah Asia-Pasifik Animesh Kumar menyampaikan, risiko kerentanan tinggi bencana di tengah COVID-19 dapat terjadi secara simultan atau saling berkaitan.
Upaya tata kelola pengurangan risiko bencana dengan pelibatan berbagai pihak, misal berkoordinasi dan dukungan ilmu pengetahuan. Pelibatan pihak tersebut dilakukan di tingkat lokal, nasional, regional hingga internasional.
Di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana selalu mendorong keterlibatan dan sinergi pentaheliks dalam menghadapi bencana. Pentaheliks ini merupakan kolaborasi penanganan yang terdiri atas pemerintah, akademisi atau pakar, lembaga usaha, masyarakat, dan media massa.
Advertisement