Liputan6.com, Jakarta - International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020. Semula, dalam laporan bulan Juni 2020, ekonomi Indonesia diprediksi -0,3 persen.
Namun dalam Laporan World Economic Outlook: A Long and Difficult Ascent yang dirilis Oktober 2020, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal merosot di angka -1,5 persen.
Advertisement
"Dibandingkan dengan proyeksi kami di bulan Juni, prospek pertumbuhan ekonomi semakin memburuk secara signifikan karena pandemi yang masih berlangsung. Negara-negara berkembang kecuali China diprediksi akan mengalami kerugian lebih besar di tahun 2020-2021," demikian dikutip Liputan6.com dari laporan IMF, Rabu (14/10/2020).
Secara lebih rinci, dalam tabel ekonomi Asia Pasifik, pertumbuhan ekonomi negara lain juga diprediksi mengalami minus. Pada tahun 2020, ekonomi Thailand diproyeksi -7,1 persen. Lalu, ekonomi Filipina diprediksi -8,3 persen dan Malaysia -6 persen.
Hanya Vietnam yang memiliki proyeksi ekonomi positif, yaitu 1,6 persen.
Untuk China, pertumbuhannya diprediksi mencapai 1,9 persen. Sementara untuk India, diperkirakan mengalami -10,3 persen.
Kendati untuk tahun 2021, IMF masih memproyeksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal di angka 6,1 persen. Begitu pula dengan ekonomi global yang awalnya diprediksi tumbuh -4,9 persen menjadi -4,4 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kemenkeu Yakin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 5 Persen
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI optimis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan membaik di tahun 2021. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan naik hingga 5 persen.
Hal ini didasari dengan peningkatan konsumsi di masa new normal dan dukungan pemerintah untuk mempertahankan daya beli.
“Meskipun outlook pertumbuhan ekonomi tahun ini di kisaran minus 1,7 sampai minus 0,6, namun di 2021 dengan beberapa upaya dan kebijakan yang konsisten yang kita upayakan, kita berharap growth (pertumbuhan) akan berada di kisaran 5 persen,” kata Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Ubaidi Socheh Hamidi dalam webinar Bincang APBN 2021, Selasa (13/10/2020).
Atas dasar itu, Ubaidi mengatakan bahwa Kemenkeu yakin inflasi akan tetap terjaga di tengah pemulihan ekonomi. Harga komoditas pun akan berada dalam tren yang meingkat. Menurutnya, pemulihan ekonomi ini juga sudah mulai terlihat di tahun 2020.
Pelonggaran restriksi global dinilai bisa memperbaiki ekspor dan impor Indonesia, serta mendorong kembali konsumsi masyarakat. Selain itu, bantuan dari pemerintah seperti bantuan sosial (bansos) maupun program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menjadi salah satu indikator pemulihan ekonomi nasional.
“Kami melihat akselerasi pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 karena didasari dengan strategi pemerintah dalam melanjutkan PEN dan reformasi struktural,” katanya.
Selain itu, Kemenkeu juga melihat bahwa pasar keuangan akan membaik secara bertahap. Ia melihat, aliran modal yang masuk ke negara berkembang terus didukung kebijakan yang akomodatif.
Meskipun begitu, ia menyadari bahwa perdagangan internasional global masih sangat tergantung dengan pandemi Covid-19. Risiko Covid-19 dinilai bisa menahan arus lalu lintas barang dan manusia secara global.
Advertisement