Bola Ganjil: Heinz Krugel, Pahlawan Negara Sekaligus Musuh Pemerintah

Simak kisah Heinz Krugel, sosok yang membawa klub Jerman Timur pertama dan satu-satunya menjadi juara kompetisi Eropa.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 15 Okt 2020, 00:30 WIB
Heinz Krugel. (Twitter)

Liputan6.com, Jakarta - Nasib Heinz Krugel berbelok ketika cedera mengakhiri kariernya sebagai pemain sepak bola. Ketidakberuntungan tersebut sebenarnya membawanya ke arah kesuksesan. Ironisnya, prestasi yang diraih membuat Krugel terlibat konflik dengan pemerintah.

Krugel lahir di desa kecil Ober-Planitz, dekat Zwickau, pada 24 April 1921. Jatuh cinta dengan sepak bola sejak anak-anak, dia masuk akademi klub lokal SC Planitz pada usia enam tahun.

Sebagai pemain, Krugel membela Planitz selama 23 tahun dan mencicipi gelar. Dia memenangkan titel Oberliga, kompetisi domestik tertinggi di Jerman Timur, pada 1948. Tapi, dia terpaksa pensiun dini setelah terkena cedera lutut.

KVP Vorwarts Leipzig memberinya kepercayaan menangani tim, sekaligus menjadikan Krugel sebagai pelatih termuda di Oberliga. Ketika Vorwarts pindah ke Berlin dua tahun berselang, dia memutuskan bertahan di Leipzig untuk menangani BSG Einheit Ost.

Di sana Krugel mulai merasakan ketidakpastian dalam olahraga di Jerman Timur. Einheit Ost merger dengan SC Rotation Leipzig. Klub itu kemudian berubah nama menjadi FC Lokomotive Leipzig.

Krugel pindah ke SC Empor Rostock pada 1956 dan dipercaya menangani Timnas Jerman Timur tiga tahun berselang. Hanya bekerja untuk delapan pertandingan di pentas internasional, dia kembali ke level klub bersama Hallescher FC Chemie dan memenangkan Piala Jerman Timur 1962.

Sampai akhirnya Krugel menggantikan Gunter Weitkuhn untuk melatih FC Magdeburg.

Saksikan Video Sepak Bola Jerman Berikut Ini


Puncak Kesuksesan

Heinz Krugel sukses bersama FC Magdeburg. (Twitter)

Magdeburg baru saja terdegradasi ketika Krugel tiba. Tugas awalnya pun mengembalikan Der Club kembali ke kasta tertinggi, sesuatu misi yang pernah dicapainya bersama Rostock dan Halle.

Krugel menjawab kepercayaan dan mewujudkannya di musim pertama. Capaian itu merupakan awal dari kesuksesan besar. Krugel membawa Magdeburg menguasai takhta juara Jerman Timur tiga kali pada 1972, 1974, dan 1975.

Dia juga mempersembahkan gelar Piala Jerman Timur 1969 dan 1973. Namun, puncak prestasi hadir pada 1974. Dia membantu Magdeburg memenangkan Piala Winners dengan mengalahkan nama besar Eropa AC Milan 2-0 di final. Magdeburg menjadi klub Jerman Timur pertama dan satu-satunya yang memenangkan gelar Eropa.

Capaian di panggung internasional meningkatkan reputasi Krugel. Beberapa klub tertarik menggunakan jasanya, salah satunya Juventus.

Namun, Krugel memutuskan bertahan. Dia tidak menjelaskan alasannya sehingga publik hanya bisa menduga-duga. Ada pula rumor yang menyebut Krugel dilarang pergi pemerintah yang enggan melihat asetnya bekerja di dunia barat.

 


Dipermalukan Negara

Heinz Krugel saat juara Piala Winners bersama FC Magdeburg. (Twitter)

Nyatanya intervensi politik begitu kuat terasa. Pemerintah Jerman Timur tidak terima melihat kesuksesan Krugel karena bertentangan dengan paham sosialis yang mengedepankan kepentingan kolektif.

Pemerintah juga geram mendengar aksi Krugel menolak bantuan negara. Magdeburg dipasangkan dengan wakil Jerman Barat Bayern Munchen di babak kedua Piala Champions 1974/1975. Pemerintah setempat menyadap kamar ganti lawan untuk mengumpulkan informasi.

Mereka kemudian menawarkan rekaman tersebut kepada Krugel. Namun, dia tidak menerima. Krugel lalu terjepit karena Magdeburg kalah dari dua pertemuan melawan Bayern Munchen.

Sebenarnya hasil itu sudah bisa diprediksi mengingat timpangnya kekuatan kedua tim. Tapi Pemerintah Jerman Timur memanfaatkan momen untuk menyingkirkan Krugel.

Mereka melarangnya terlibat sepak bola pada 1976. Dalam keterangan resmi, Krugel dianggap gagal memproduksi pemain bagi negara. Manajemen Magdeburg pun tidak punya pilihan selain memecatnya.


Magdeburg Turut Terpuruk

Grafiti di dalam markas FC Magdeburg yang kini dinamakan Heinz Krugel Stadion. (Twitter)

Vonis ini merupakan upaya mempermalukan Krugel. Namun Magdeburg turut merasakan konsekuensinya.

Der Club tidak pernah menjadi juara liga lagi dan maksimal menduduki peringkat empat, satu tingkat lebih rendah dari posisi Magdeburg pada musim terakhir bersama Krugel.

Setelah Tembok Berlin runtuh pada 1989, Asosiasi Sepak Bola Jerman memulihkan namanya. Namun Krugel sudah terlalu tua dan menjalani masa pensiun di desa kecil dekat Magdeburg.

Ketika Krugel meninggal dunia pada 2008, Magdeburg terus tenggelam dalam struktur kompetisi dan kini bersaing di Divisi III.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya