Liputan6.com, Manado - Setelah beberapa bulan kegiatan ibadah di gereja dihentikan sementara, kini jemaat mulai bisa beribadah kembali di gereja-gereja dengan penerapan protokol Covid-19. Termasuk gereja-gereja yang ada di wilayah perbatasan RI-Filipina.
Melayani jemaat di tengah pandemi Covid-19 ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pendeta, seperti yang dialami Yolanda Tiara Runsude. Setelah menjalani masa vikaris atau calon pendeta selama lebih kurang dua tahun, Yolanda diteguhkan sebagai pendeta di wilayah kerja Sinode Gereja Masehi Injili Talaud (Germita) pada 9 Agustus 2020 silam.
Baca Juga
Advertisement
Momen itu tentu sangat berarti bagi Yolanda, yang berhasil mewujudkan impiannya menjadi pendeta. Selain itu dia diteguhkan dan melayani jemaat di masa pandemi Covid-19 juga punya kesan menarik.
“Saya adalah pendeta baru di Sinode Germita. Tentunya berbeda dengan peneguhan dan pengurapan pendeta lain, karena di saat saya diteguhkan kehadiran jemaat bahkan tamu undangan hanya dibatasi,” tutur gadis kelahiran Amurang 21 Mei 1995 ini.
Meski demikian, dia menyatakan syukur kepada Allah karena semua boleh terlaksana atas kasih-Nya. Melayani Tuhan harus tetap dijalani dan disyukuri, meskipun banyak tantangan dan pergumulan.
“Karena memikul salib bagi seorang pelayan Tuhan sudah menjadi tanggung jawab saya,” ujarnya.
Setelah diteguhkan sebagai pendeta, Yola mempunyai tanggungjawab yang lebih besar dalam melayani jemaat. Dia kemudian diperharapkan dengan situasi di mana antusiasme yang besar dari jemaat untuk beribadah, sementara ada pembatasan terjadinya pengumpulan massa di satu tempat.
“Setelah beberapa bulan bergumul akibat pandemi Covid- 19, puji Tuhan saat ini bisa beribadah lagi di gereja,” ujar pendeta alumnus Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado ini.
Simak juga video pilihan berikut:
Antusiasme Jemaat Kembali Ibadah di Gereja
Yola menuturkan, jemaat sangat antusias untuk kembali beribadah di gereja karena sudah beberapa bulan jemaat harus beribadah di rumah. Namun dalam pelaksanaan ibadah, tetap mengikuti protokol kesehatan yang ada.
“Pelaksanaan ibadah gereja dibagi dua sesi. Sesi pertama pukul 05.00 Wita, dan sesi kedua pukul 09.00 Wita,” ujarnya.
Untuk setiap sesi di gereja dihadiri empat kelompok rumah tangga. Demikian juga dengan ibadah di rumah-rumah jemaat, masih tetap dibagi dalam kelompok-kelompok. Hal itu untuk meminimalisir terjadinya penumpukan massa di suatu tempat.
“Ini langkah yang dilakukan untuk menunjang pemerintah mencegah penyebaran Covid-19,” ujar Yola yang melayani di Jemaat Germita Sanggaloma Moronge, Wilayah 07 Lirung, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulut.
Sejak masih menjadi calon pendeta, Yola sudah melayani jemaat di sana. Banyak suka duka yang dialami, apalagi ketika pandemi Covid-19 mulai mewabah hingga ke wiayah di perbatasan RI-Filipina itu.
“Melayani di masa pandemi ini tentu perlu tenaga ekstra, bahkan kita harus tetap sehat, kuat, dan menjaga imunitas tubuh,” katanya.
Tantangan pelayanan di masa pandemi ini terasa cukup berat, karena dalam situasi ini jemaat harus tetap dirangkul untuk selalu bersekutu dengan Tuhan. Namun semua itu dijalani Yola dengan penuh suka cita.
“Saya yakin ketika Tuhan telah memilih saya melayani di ladangnya, Tuhan pasti akan terus menuntun dan menyertai khususnya dalam pelayanan di masa-masa pandemi ini,” tutur alumni Program Sekolah Pluralisme yang diselenggarakan oleh Sinode Am Gereja (SAG) Sulutteng tahun 2018 ini.
Yola mengatakan, dengan berbagai upaya pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 serta didukung dengan perubahan perilaku masyarakat yang menaati protokol kesehatan, diharapkan wabah ini dapat segera berakhir. Menurutnya, diperlukan kesadaran masyarakat untuk bersama pemerintah memutus mata rantai wabah tersebut.
“Tentu kita semua berharap agar pandemi ini bisa segera berakhir, masyarakat termasuk di Talaud yang menjadi wilayah perbatasan RI-Filipina ini bisa kembali hidup normal,” ujarnya.
Advertisement