Ada yang Ramal Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2020 Minus 3,27 Persen

SIGMAPHI Policy Research and Data Analysis memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal 3 minus 3,27

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Okt 2020, 16:45 WIB
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - SIGMAPHI Policy Research and Data Analysis memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal 3 minus 3,27 sampai dengan minus 3,09 persen yoy.

“Proyeksi kuartal 3 itu kami memprediksikan tetap minus tetapi dengan penurunan yang cukup signifikan, yakni antara -3,27 yang terburuk, sampai dengan -3,09. Nah ini tentu sesuatu yang boleh dikatakan positif dan juga harus memberikan spirit untuk kuartal-kuartal berikutnya,” kata Peneliti Senior SIGMAPHI, Jerry Marmen dalam diskusi virtual, Kamis (15/10/2020).

Angka tersebut, kata Jerry, tercatat jauh lebih baik dibandingkan pada kuartal 2 yang terkontraksi hingga 5,32 persen yoy.

Jerry menambahkan, optimisme masyarakat cukup memberikan dampak besar dalam pemulihan pertumbuhan ekonomi nasional pasca covid-19. Untuk itu, dengan perkiraan tersebut diharapkan memunculkan ekspektasi positif di masyarakat.

“Ekspektasi masyarakat itu sangat penting dalam bagaimana kita melakukan recovery terhadap perekonomian,” kata dia.

Melansir dari survei konsumen Bank Indonesia, Jerry memaparkan bahwa indeks ekspektasi konsumen (IEK) pada September 2020 berada di angka 112,58. Dijelaskan, angka ini sedikit tertahan setelah dilakukan PSBB kedua di Jakarta yang menurunkan IEK kepada kondisi 6 bulan mendatang.

“Memang, indeks keyakinan konsumen masih relatif berada dibawah optimis, tetapi ekspektasi masyarakat itu diatas 100. Jadi zonanya, masih zona optimis. Ini harus menjadi indikasi positif baik bagi pelaku ekonomi, pemerintah, dan siapa saja yang berharap positif terhadap pemulihan ekonomi di Indonesia,” kata dia. Di samping itu, Jerry juga mengatakan keyakinan konsumen akan ketersediaan lapangan kerja telah berangsur meningkat.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 jadi Minus 1,5 Persen

Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 membaik dari kuartal II 2020 lalu yang tumbuh minus 5,32 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020. Semula, dalam laporan bulan Juni 2020, ekonomi Indonesia diprediksi -0,3 persen.

Namun dalam Laporan World Economic Outlook: A Long and Difficult Ascent yang dirilis Oktober 2020, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal merosot di angka -1,5 persen.

"Dibandingkan dengan proyeksi kami di bulan Juni, prospek pertumbuhan ekonomi semakin memburuk secara signifikan karena pandemi yang masih berlangsung. Negara-negara berkembang kecuali China diprediksi akan mengalami kerugian lebih besar di tahun 2020-2021," demikian dikutip Liputan6.com dari laporan IMF, Rabu (14/10/2020).

Secara lebih rinci, dalam tabel ekonomi Asia Pasifik, pertumbuhan ekonomi negara lain juga diprediksi mengalami minus. Pada tahun 2020, ekonomi Thailand diproyeksi -7,1 persen. Lalu, ekonomi Filipina diprediksi -8,3 persen dan Malaysia -6 persen.

Hanya Vietnam yang memiliki proyeksi ekonomi positif, yaitu 1,6 persen.

Untuk China, pertumbuhannya diprediksi mencapai 1,9 persen. Sementara untuk India, diperkirakan mengalami -10,3 persen.

Kendati untuk tahun 2021, IMF masih memproyeksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal di angka 6,1 persen. Begitu pula dengan ekonomi global yang awalnya diprediksi tumbuh -4,9 persen menjadi -4,4 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya