Liputan6.com, Washington, D.C. - Pada 16 Oktober 1973, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Henry Kissinger meraih Nobel Perdamaian atas jasanya menghentikan Perang Vietnam. Kissinger menang bersama diplomat Vietnam Le Duc Tho.
Kissinger adalah diplomat kelahiran Republik Weimar pada 27 Mei 1923. Keluarga Kissinger adalah penganut Yahudi dan mereka kabur dari Jerman ketika Nazi mulai berkuasa.
Baca Juga
Advertisement
Henry Kissinger merupakan diplomat kontroversial di era Presiden Richard Nixon. Dia terkenal dengan ucapan "Amerika tidak punya sahabat atau musuh yang permanen, yang ada hanya kepentingan."
Meski demikian, ia tetap meraih Nobel Perdamaian karena berhasil mendamaikan konflik Vietnam-AS pada 23 Januari 1973 melalui Paris Peace Accords.
Perang Vietnam terjadi antara kubu komunis di Vietnam utara dan kubu anti-komunis di Vietnam selatan. Pada 1964, AS ikut intervensi dengan mengirim hingga total 541 ribu pasukan.
Komite Nobel menyebut Perang Vietnam menimbulkan kesengsaraan kepada rakyat dan merupakan sebuah horor.
"Perang itu terbukti sebagai mimpi buruk, tak hanya bagi rakyat Vietnam, tetapi ke seluruh dunia," ujar Komite Nobel saat memberikan Nobel Perdamaian kepada Kissinger.
Perjanjian damai yang dibuat Henry Kissinger dan Le Duc Tho dinilai sebagai langkah awal yang penting bagi perdamaian penuh di Vietnam.
"Dua negosiator yang dihadiahi penghargaan mewakili dua sistem yang berbeda. Yang satu secara esensi sistem barat ... Satu lagi sebuah sistem komunis," ujar Komite Nobel.
"Negara-negara dengan sistem pemerintahan yang berbeda harus dapat hidup bersama dalam kedamaian dan menyelesaikan kontroversi mereka dengan negosiasi."
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kini, Donald Trump Dinominasikan Sebagai Peraih Nobel Perdamaian
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump tahun ini meraih nominasi Nobel Perdamaian kedua atas jasanya mendamaikan Kosovo dan Serbia. Sebelumnya, Donald Trump baru saja mendapat nominasi karena perdamaian Israel dan Uni Emirat Arab.
Donald Trump mendapatkan nominasi kedua ini dari seorang anggota parlemen Norwegia, yaitu Magnus Jacobsson. Ia mencalonkan menominasikan pemerintahan AS, Kosovo, dan Serbia.
"Saya telah menominasikan pemerintah AS dan pemerintahan Kosovo dan Serbia untuk Hadiah Nobel Perdamaian atas kerja gabungan mereka untuk perdamaian dan perkembangan ekonomi melalui persetujuan kooperasi yang ditandatangani di Gedung Putih," ujar Magnus Jacobsson via Twitter, seperti dikutip Minggu 13 September 2020.
Sebelumnya, anggota parlemen Norwegia Christian Tybring-Gjedde mencalonkan Presiden Donald Trump sebagai penerima Nobel Perdamaian tahun 2021. Prestasi yang dibuat Trump yakni Perjanjian Abraham antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA).
Pemerintahan Trump menjadi sponsor utama perjanjian damai tersebut. Israel dan UEA lantas melakukan normalisasi hubungan diplomatik dan menjalin kerja sama di berbagai bidang, seperti bisnis, penerbangan, dan keamanan.
Donald Trump dicalonkan oleh politisi Norwegia bernama Christian Tybring-Gjedde. Ia menyebut perdamaian Israel dan UEA membuka pintu perdamaian di Timur Tengah.
"Tak masalah apa yang Trump lakukan di negara asalnya dan apa yang ia katakan di konferensi pers, dia benar-benar memiliki kesempatan untuk meraih Hadiah Nobel Perdamaian," ujar Christian Tybring-Gjedde seperti dikutip AP News.
Advertisement