Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Bank Mata Indonesia, Prof Tjahjono D. Gondhowiardjo mengatakan, masih banyak kesulitan untuk mendapatkan donor kornea di Indonesia.
Tjahjono menuturkan, di luar negeri memiliki undang-undang (UU) yang mengatur agar dapat menjadi donor terutama dari kematian individu karena kecelakaan dan masalah hukum. Hal itu juga berpengaruh terhadap donor kornea mata.
Menurut survei yang dilakukan, selama 2008-2016, pendonor mata utama berasal dari Amerika Serikat dan kemudian ada dari Filipina, Sri Lanka, Nepal dan Belanda.
Baca Juga
Advertisement
Ia juga mengungkapkan, terdapat berbagai masalah terkait donor mata di Indonesia. Mulai dari kesadaran masyarakat, perizinan dari keluarga pihak pendonor dan belum ada regulasi terkait donor mata. Salah satu masalah yang umum adalah adanya ketakutan masyarakat untuk donor mata.
Jadi mengatasi masalah tersebut dikembangkan teknik donor kornea. Dalam proses prakteknya para pendonor tidak akan diambil seluruh bola matanya, tetapi hanya lapisan depan matanya yaitu kornea.
"Setelah diambil korneanya, nantinya akan diganti dengan lensa kontak. Jadi, saat mata pendonor dibuka masih nampak seperti mata normal," kata dia, saat talkshow bertajuk 'Donor Kornea dan Estafet Kebaikannya' dalam peluncuran CDC RS Mata Undaan, Kamis (15/10/2020).
Dengan kampanye teknik donor kornea ini, mulai 2015 hingga pertengahan 2020, angka pendonor kornea di Indonesia meningkat secara signifikan. Menurut data Bank Mata Indonesia, pendonor kornea terbanyak berasal dari Kelompok Ahmadiyah. Dengan persentase sebanyak 90 persen dari total pendonor.
"Ini merupakan satu contoh, dan satu-satunya di dunia menurut saya, karena boleh dibilang 90 persen dari donor yang kami dapatkan, berasal utamanya dari salah satu kelompok masyarakat “marginal”, yaitu dari kelompok Ahmadiyah,” ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bank Mata Indonesia Latih Relawan
Faktor banyaknya pendonor dari kelompok Ahmadiyah ialah karena faktor pemimpinnya yang secara kolektif meminta para anggotanya juga untuk mendonorkan korneanya.
Bahkan, dari kelompok Ahmadiyah juga mengingatkan kembali kepada keluarga, bahwa anggota keluarganya yang meninggal sudah menjadi calon donor kornea.
Profesor Tjahyono juga menjelaskan sebagian dari tenaga medis yang berasal dari Ahmadiyah, dilatih oleh Bank Mata Indonesia menjadi tenaga medis secara volunteer. Ketika terdapat bagian dari kelompok Ahmadiyah yang meninggal dan menjadi pendonor kornea, dari tenaga medis mereka yang akan mengambil dan juga mengirim ke Bank Mata Indonesia.
"Sebagian dari tenaga medis mereka, itu kami latih menjadi teknisi secara volunteer. Sehingga kalau ada dari keluarga mereka yang meninggal, merekalah yang mengambil, merekalah yang mengirimkan ke bank mata," ujar dia.
Di akhir materinya, Profesor Tjahyono berharap masyarakat dapat mengambil contoh dari sebuah pahatan relief Sang Buddha, yang memberikan bola matanya kepada seorang fakir yang mengalami kebutaan. Ia juga menambahkan lahirnya Cornea Donation Center (CDC) akan membantu memerangi kebutaan pada kornea mata di Indonesia, khususnya Jawa Timur.
(Ihsan Risniawan-FIS UNY)
Advertisement